Sebanyak 1.569 ekor babi di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati dalam kurun waktu Januari hingga Mei 2025. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Lembata menduga kematian babi ini akibat virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Plt Kepala Dinas PKP Lembata, Muktar Hada, mengatakan pihaknya telah mengirim sejumlah spesimen ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar untuk pemeriksaan.
"11 spesimen darah dan organ segar dikirim ke BBVet Denpasar," kata Muktar kepada detikBali, Rabu (4/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muktar merinci, kematian terbanyak terjadi di Kecamatan Nubatukan sebanyak 809 ekor. Disusul Kecamatan Lebatukan (494 ekor), Kecamatan Ile Ape (131 ekor), Kecamatan Ile Ape Timur (65 ekor), Kecamatan Atadei (55 ekor), dan Kecamatan Nagawutung (15 ekor).
Untuk mencegah penyebaran lebih luas, Dinas PKP Lembata mengambil sejumlah langkah pengendalian. Salah satunya adalah pembatasan lalu lintas ternak, termasuk melarang pergerakan ternak babi antarwilayah dan antarkecamatan.
Selain itu, masyarakat juga diimbau tidak membawa masuk babi hidup maupun produk olahan berbahan babi ke wilayah Lembata.
"Melakukan calling keliling dalam wilayah kota saat terjadinya wabah agar masyarakat tidak memotong babi yang sakit dan membagi-bagikan daging babi sakit, serta menguburkan ternak babi yang mati secara tepat agar dapat mencegah penyebaran virus ASF," imbuhnya.
Dinas PKP juga meningkatkan biosekuriti dengan menjaga sanitasi kandang dan membatasi lalu lintas manusia atau hewan lain yang berpotensi membawa virus ke dalam kandang.
"Membatasi lalu lintas manusia atau hewan lainya yang berpotensi membawa virus ASF kedalam lokasi kandang agar dapat mencegah penularan virus ASF," tandasnya.
(dpw/dpw)