Pemkab Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkap 14.756 ekor babi mati akibat terpapar virus African Swine Fever (ASF) atau wabah flu babi Afrika. Kepala desa (kades) Panca Karsa, Eko Polabessy mengaku dirinya langsung demam setelah memeriksa salah satu babi yang mati.
Sebelum jadi kades, Eko mengaku bekerja jadi penyuluh teknis peternakan di Lutim. Oleh sebab itulah dia sempat memeriksa babi tetangganya yang mati karena flu babi Afrika yang membuatnya langsung demam.
"Kalau secara laboratorium ada beberapa hal, tapi yang lucunya itu mau dikatakan tidak menular tapi saya pernah memeriksa babinya tetangga dibilang Komang, setelah babinya mati, saya demam malamnya," kata Eko Polabessy kepada detikSulsel, Senin (15/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko mengaku dirinya tidak bisa tidur karena demam. Namun kondisinya berangsur pulih setelah meminum obat.
"Demam-demam tidak bisa tidur begitu, tapi dia bisa diantisipasi ji dengan minum paracetamol, vitamin B com. Tidak terlalu akut ji, gejala ringan," tambahnya.
Lebih lanjut, Eko juga mengaku sepakat dengan imbauan Pemkab Lutim agar tidak mengonsumsi daging babi yang terpapar virus ASF. Dia mengakui hal itu sangat berisiko.
"Tapi saya sepakat dengan dokter hewan katakan, mendingan jangan dimakan, nanti kalau ada apa-apa kita lagi yang ambil risiko. Makanya kita ambil keputusan di Desa Panca Karsa dan beberapa tempat, tidak boleh mi dimakan, dari pada ambil risiko," tegas Eko.
Diketahui saat ini kematian ternak babi akibat virus ASF di Lutim sudah mencapai 14.756 ekor. Kematian terjadi merata pada 11 kecamatan di Lutim.
Meskipun demikian, dokter hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lutim, Gustri Ngurah memastikan virus ASF ini hanya tertular ke hewan Babi saja.
"Ini virus istilahnya penularan dari hewan ke manusia, dia tidak menular begitu. Dia cuma kena ke hewan babi. Dia juga tidak menyerang hewan lain seperti sapi kambing itu nda, cuma khusus babi," tegas Gusti Ngurah, Minggu (14/5).
(hmw/asm)