Ada kisah tentang seorang sahabat Nabi yang tidak ingin menikah karena ingin fokus beribadah kepada Allah SWT. Namun, tindakannya tersebut ditentang oleh Rasulullah SAW.
Dilansir dari detikHikmah yang mengutip dari buku 'Stop Pacaran Ayo Nikah' karya Hamidulloh Ibda, dijelaskan bahwa menikah merupakan salah satu jalan terbaik dan terhormat untuk mencapai ridha Allah SWT.
"Nabi Muhammad SAW pernah melarang sahabat yang berniat untuk meninggalkan nikah agar bisa mempergunakan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah SWT, karena hidup membujang tidak disyariatkan dalam agama. Oleh karena itu, manusia disyariatkan untuk menikah. Karena menikah, adalah jalan terbaik dan terhormat untuk mencapai ridha Allah," demikian keterangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari literatur lain, diketahui bahwa nama sahabat yang ditentang Rasulullah karena berniat untuk tidak menikah bernama Ukaf bin Wida'ah. Dikutip dari buku 'Ta'aruf Billah Nikah Fillah' karya Zaha Sasmita, dijelaskan bahwa Ukaf merupakan seorang pemuda yang hidup berkecukupan dan sudah mapan.
Meskipun sudah mapan, Ukaf enggan untuk menikah bahkan cenderung berniat untuk membujang. Rasulullah SAW yang mendengar kabar tersebut lantas segera mendatangi Ukaf.
Rasulullah datang untuk menasehati Ukaf agar mau menikah. Sebab, tidak baik untuk hidup membujang bagi seseorang yang sudah berkecukupan.
Usai dinasihati, Ukaf pun bersedia menuruti apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW. Namun, Ukaf tidak berani untuk mencari calon istrinya sendiri dan meminta pertolongan dari Nabi Muhammad SAW untuk mencarikan perempuan.
Kriteria yang diinginkan Ukaf adalah berpatokan pada pandangan Nabi Muhammad SAW. Ukaf akan menuruti apa pun pilihan nabi mengenai siapa yang baik untuk menjadi istri Ukaf.
Berkaitan dengan kisah Ukaf, dalam sebuah hadits juga dijelaskan pentingnya menikah. Bahkan, perkara menikah ini menjadi sesuatu yang wajib bagi orang yang sudah mampu.
Sebagaimana dalam hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu'anhu yang berkata,
"Terdapat beberapa sahabat Rasulullah SAW yang menanyakan kepada istri-istri Nabi Muhammad SAW perihal ibadah beliau di rumah. Lalu sebagian mereka berkata, 'Saya tidak akan menikah, sebagian lagi berkata, 'Saya tidak akan makan daging,' sebagian yang lain berkata, 'Saya tidak akan tidur di atas kasur (tempat tidurku), dan sebagian yang lain berkata, 'Saya akan terus berpuasa dan tidak berbuka.' Abu Daud (perawi dan pentakhrij hadits) berkata, 'Berita ini sampai kepada Nabi SAW, hingga beliau berdiri untuk berkhotbah seraya bersabda setelah memanjatkan puja-puji syukur kepada Allah SWT, "Bagaimanakah keadaan suatu kaum yang mengatakan demikian dan demikian? Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku salat dan tidur, dan aku juga menikahi perempuan. Maka barangsiapa yang membenci sunnah (tuntunan)-ku maka ia tidak termasuk golonganku." (HR Abu Daud)
Dikutip dari buku Ajak Aku ke Surga Ibu! karya Rizem Aizid, dijelaskan bahwa keterangan dalam hadis di atas menjelaskan tentang kedudukan pernikahan dalam Islam. Dalam berbagai riwayat yang ada, diterangkan sejelas-jelasnya bahwa menikah memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam Islam.
(urw/alk)