Anak-anak muda yang tergabung dalam Papua Youth Creative Hub (PYCH) menghadirkan inovasi mesin pengolah sagu. Mesin tersebut diperuntukkan buat petani tebu di lahan sagu Kampung Asei Kecil, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua.
Koordinator Bidang Pertanian Sagu sekaligus Sekretaris PMI Jayapura Vitha Faidiban menerangkan pihaknya sudah menggunakan mesin besar yang dapat mengolah sagu dengan hasil yang maksimal di lahan sekitar 100 hektare. Dengan mesin itu, Vitha mengatakan bisa memproduksi 20-25 karung berisi 30 kg dari satu pohon sagu.
"Awalnya kami masih mengolah sagu secara tradisional dan menghasilkan produksi hanya lima sampai enam karung untuk satu pohon. Satu karung berisi 30 kg. Namun, dengan menggunakan mesin ini, kami mampu bisa memproduksi 20-25 karung berisi 30 kg untuk satu pohon sagu," jelas Vitha dalam keterangan tertulis, Rabu (23/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di lahan ini, ada enam jenis pohon sagu, salah satunya pohon rondo," lanjutnya.
Vitha mengatakan pengolahan sagu menggunakan mesin gubahan anak-anak PYCH dimulai dari penebangan pohon, pemarutan, hingga pemisahan ampas dengan sagu. Dia menjelaskan awalnya petani sagu mengolah ini secara tradisional. Alat yang digunakan sangat sederhana seperti kapak.
"Kemudian, ada proses pangkur, tokok sampai menghasilkan bubuk sagu. Lalu, diperas lagi secara tradisional sebanyak tiga kali untuk mendapatkan pati sagu," terang Vitha.
Dengan mesin tersebut, lanjutnya, pekerjaan petani sagu lebih efisien dari segi waktu dan tenaga. Jadi, tidak banyak orang yang mengerjakan. Proses pemarutan hingga pemisahan pati sagu dan ampas menurutnya sangat mudah dilakukan.
"Alat ini sungguh efisien karena proses ini tak memerlukan waktu terlalu lama. Awalnya proses secara tradisional itu memerlukan waktu sekitar 1 mingguan. Namun, dengan mesin ini, hanya diperlukan waktu 4 jam, mulai pemarutan, pemisahan ampas dan pati sagu, hingga pengendapan," papar Vitha.
Sementara itu, hasil produksi sagu tersebut akan didistribusikan dan dijual ke offtaker UMKM lokal Papua yang tergabung dalam PYCH Store.
"Jadi, hasil dari sari pati sagu ini kami kelola menjadi tepung, kemudian jenis-jenis minuman dari papeda, makanan ringan, camilan, kue. Produk dari UMKM itu berasal dari sagu yang diproduksi oleh kami. Nah, produk jadi ini juga ada di PYCH. Bisa didapat di marketplace," terang Vitha.
Vitha menambahkan dengan hadirnya PYCH, petani sagu sangat terbantu untuk menaruh hasil produksi di sana, lalu bisa dijual dan distribusikan ke offtaker yang juga binaan Papua Muda Inspiratif.
"Harapan ke depan kami akan terus berjalan dan anak muda Papua bisa terus membantu dan membina teman-teman di sini untuk bisa menaikkan produktivitas untuk dikenal lebih luas lagi," ungkap Vitha.
Vitha mengatakan anak muda Papua yang tergabung dalam PYCH bersama petani sagu mengungkapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi yang telah membantu dan mendukung kemajuan pertanian di Papua, khususnya sagu.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jokowi yang telah mendukung kami anak muda Papua untuk terus produktif dan mengembangkan inovasi," ujar Vitha.
Sebagai informasi, Vitha dan pemuda Papua yang ikut mengelola lahan sagu ini merupakan bagian dari Papua Youth Creative Hub yang dibina oleh Badan Intelijen Negara (BIN).
(akn/ega)