Tujuan Religius di Balik Mumifikasi Orang Mesir Kuno

Tujuan Religius di Balik Mumifikasi Orang Mesir Kuno

Tim detikEdu - detikSulsel
Sabtu, 11 Mar 2023 20:40 WIB
dokter Sahar Saleem memindai mumi Firaun Seqenenre
Ilustrasi mumi (Foto: Reuters)
Jakarta -

Proses mengubah jasad menjadi mumi atau mumifikasi selama ini dipercaya sebagai sebagai langkah untuk mengawetkan tubuh setelah kematian. Namun, rupanya ada tujuan religius di balik proses tersebut.

Dilansir dari detikEdu, sejumlah arkeolog berpendapat bahwa bahwa efek pengawet yang dihasilkan dari mumifikasi adalah hal yang tidak disengaja. Namun, efek pengawetannya ini justru tersebar di masa mendatang, bukan untuk tujuan utamanya, yaitu mumifikasi.

Proses Mumifikasi Orang Mesir Kuno

Melansir situs edukasi Smithsonian, mumifikasi adalah suatu metode pembalseman, atau merawat mayat, yang digunakan orang Mesir kuno.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang-orang Mesir kuno menggunakan metode proses khusus untuk menghilangkan semua kelembapan dari tubuh manusia dan hanya menyisakan bentuk kering yang tidak mudah membusuk.

Tujuan mengeringkan tubuh manusia dari kelembapan ini berkaitan dengan agama mereka. Orang Mesir kuno percaya bahwa mengawetkan mayat dengan cara yang sehidup mungkin adalah hal penting.

ADVERTISEMENT

Saking awetnya tubuh tersebut, orang modern saat ini dapat melihat tubuh mumi orang Mesir yang sudah hidup 3.000 tahun yang lalu.

Awal Mula Adanya Mumifikasi

Proses mumifikasi ini sudah dipraktikkan hampir sepanjang sejarah Mesir awal. Mumi paling awal yang berasal dari zaman prasejarah mungkin tidak disengaja.

Pasir kering dan udara (karena Mesir hampir tidak memiliki curah hujan yang terukur) secara kebetulan mengawetkan beberapa mayat yang terkubur di lubang dangkal yang digali ke dalam pasir.

Orang-orang Mesir kemudian mulai membuat Mumi dengan sengaja selama Dinasti Keempat dan Kelima, sekitar 2600 SM. Praktik ini pun terus berlanjut dan berkembang selama lebih dari 2.000 tahun hingga Periode Romawi (sekitar 30 SM-364 M).

Seiring dengan perkembangannya, kualitas mumifikasi bervariasi dalam satu periode. Tingkat kualitas mumi saat itu tergantung pada harga yang dibayarkan.

Mumi terbaik yang disiapkan dan diawetkan diketahui berasal dari Dinasti ke-18 hingga Dinasti ke-20 Kerajaan Baru (1570-1075 SM). Beberapa di antaranya yaitu mumi Tutankhamun dan firaun terkenal lainnya.

Tujuan Mumifikasi Orang Mesir Kuno

Bagi orang Mesir kuno, proses mumifikasi ini erat kaitannya dengan spiritualitas. Praktik penguburan yang rumit ini menggambarkan bahwa orang Mesir disibukkan dengan pikiran tentang kematian.

Namun, karena kecintaan mereka yang besar pada kehidupan, mereka kemudian mulai membuat rencana kematian sejak dini. Mereka tidak dapat memikirkan kehidupan yang lebih baik daripada saat ini sehingga mereka berusaha memastikan bahwa hidupnya akan berlanjut setelah kematian.

Mereka percaya bahwa tubuh mumi adalah rumah bagi jiwa atau roh. Ketika tubuh hancur, maka roh mungkin akan hilang.

Dalam budaya Mesir kuno, gagasan tentang "roh" yang kompleks tersebut melibatkan tiga roh: ka, ba, dan akh. Ka, "kembaran" orang tersebut, diyakini akan tetap berada di makam dan membutuhkan persembahan dan benda di sana.

Sedangkan Ba, atau "jiwa", bebas terbang keluar dari kubur dan kembali ke sana. Kemudian, akh, mungkin diterjemahkan sebagai "roh", yang harus melakukan perjalanan melalui dunia bawah menuju penghakiman terakhir dan masuk ke akhirat.

Bagi orang-orang Mesir, ketiga hal tersebut adalah hal yang sama pentingnya.




(urw/alk)

Hide Ads