Melansir detikEdu, Dosen Psikologi Universitas Airlangga (Unair) sekaligus Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) Wiwin Hendriani menjelaskan, semakin sering frekuensi perudungan yang dialami seorang anak, maka semakin tinggi pula intensitas dan variasi tipe perundungannya. Tentunya, hal tersebut akan menimbulkan dampak yang semakin besar.
Lantas apa dampak bullying pada anak sebagai korban? Berikut penjelasannya.
Dampak Korban Bullying
1. Stres dan Cemas
Wiwin menjelaskan anak yang mengalami perundungan akan merasa stres dan cemas setiap hari. Kondisi ini muncul karena anak merasa tidak aman dan tidak tahu kapan atau di mana serangan berikutnya akan terjadi.
2. Depresi
Selain stres dan cemas bullying juga mengakibatkan depresi pada anak sebagai korban. Seseorang yang mengalami perundungan akan merasakan kesedihan yang mendalam, kehilangan minat pada hal-hal yang biasa dia sukai, merasa putus asa, hingga kehilangan harapan akan masa depan.
3. Merasa Rendah Diri dan Tidak Berharga
Dampak selanjutnya adalah anak-anak korban bullying akan merasa tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah situasi. Menurut Wiwin, biasanya mereka akan melakukan isolasi sosial.
"Tidak sedikit dari korban perundungan yang kemudian mengalami isolasi sosial. Mereka merasa terisolasi dari teman-teman, sulit untuk bergaul dan merasa tidak ada yang bisa mereka percayai atau ajak berbicara. Ini dapat terjadi jika teman-teman yang lain di luar pelaku perundungan juga tidak ada yang berusaha membantu atau memberikan dukungan yang menguatkan secara mental," jelasnya.
4. Memicu Kekerasan dan Agresi
Korban dari perudungan pun berpotensi menyalurkan emosinya ke dalam bentuk kekerasan maupun agresi. Emosi kekesalan, marah, dan frustrasi akan membuat mereka merespon tekanan dengan melakukan kekerasan dan agresi baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
5. Gangguan Pola Makan dan Tidur
Cemas dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh korban bullying juga akan memengaruhi aktivitas hariannya seperti makan dan tidur. Sehingga rentan mengalami gangguan pola makan dan tidur.
"Terakhir, berbagai gangguan perilaku yang lain, seperti gangguan pola makan dan tidur yang diakibatkan oleh kondisi pikiran dan emosi yang dipenuhi oleh kecemasan dan ketidaknyamanan yang lain juga bisa terjadi," pungkasnya.
(edr/edr)