Cuaca esktrem melanda sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga memicu banjir beberapa hari terakhir. Kondisi itu terjadi lantaran adanya peningkatan kecepatan angin hingga madden julian oscillation (MJO) yang melintas di wilayah Indonesia.
"Sesuai dengan press release yang kami keluarkan di tanggal 10 (Februari 2023), setidaknya ada tiga penyebab peningkatan curah hujan di wilayah Sulawesi Selatan," kata Prakirawan Cuaca BMKG Wilayah IV Makassar Rizky Yudha kepada detikSulsel, Selasa (14/2/2023).
Rizky menjelaskan penyebab pertama cuaca ekstrem di Sulawesi Selatan karena adanya tekanan rendah di wilayah Australia bagian utara. Kondisi ini menyebabkan peningkatan kecepatan angin di wilayah Sulawesi Selatan hingga ke perairan Arafura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu menyebabkan peningkatan kecepatan angin di wilayah Sulawesi Selatan hingga ke perairan Arafura dan membentuk daerah-daerah konvergensi di sepanjang itu. Termasuk di wilayah Sulawesi Selatan," ujarnya.
Selain itu, posisi madden julian oscillation juga turut mempengaruhi peningkatan curah hujan di Sulawesi Selatan. Saat ini, kata dia, posisi madden julian oscillation berada pada kuadran 4 dan 5.
"Nah, kuadran ini, jika MJO berada di kuadran 4 dan 5 juga memberikan kontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Sulawesi Selatan ataupun Indonesia bagian tengah dan timur secara umum," terangnya.
Kemudian, cuaca ekstrem ini juga terjadi lantaran kelembapan udara meningkat. BMKG mencatat kelembapan udara di Sulawesi Selatan hingga lapisan 700 milibar.
"Jadi ketiga fenomena inilah yang mendukung pembentukan awan-awan hujan yang signifikan di wilayah Sulawesi Selatan, khususnya Sulawesi Selatan bagian selatan. Karena kami pantau untuk Sulawesi Selatan bagian utara itu relatif aman," imbuhnya.
5 Daerah Dilanda Bencana Hidrometeorologi
Rizky juga mengatakan, kondisi cuaca ekstrem ini telah disampaikan melalui peringatan dini cuaca yang akan terjadi sejak 12-16 Februari 2023. Sebanyak 16 wilayah, khususnya di bagian selatan Sulawesi Selatan berpotensi dilanda cuaca ekstrem.
"Sedangkan berdasarkan laporan dari BPBD maupun rekan-rekan media yang kami himpun itu beberapa kabupaten/kota mengalami bencana hidrometeorologi seperti di Barru, Pangkep, Maros, Makassar. Kemudian sebagian Bone juga dilaporkan ada tanah longsor," ungkapnya.
Sementara, berdasarkan rekapan curah hujan pada Senin (13/2) kemarin, cuaca masuk dalam kategori ekstrem. Hal ini dikarenakan curah hujan berada di atas 150 milimeter per hari.
"Kemarin itu memang menunjukkan khususnya di wilayah Barru, Pangkep, Maros, itu curah hujannya masuk kategori ekstrem yaitu curah hujannya di atas 150 milimeter per hari. Kalau antara 100-150 dia kategori sangat lebat," imbuhnya.
Dia pun mengimbau kepada masyarakat untuk selektif dalam mengolah informasi. Rizky mengatakan ada banyak informasi bohong alias hoax terkait kondisi cuaca di Sulawesi Selatan.
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk selalu mengambil informasi resmi dari BMKG. Karena beberapa kali kami lihat ada berita hoax terkait banjir 2 meter dan lain sebagainya. Itu tidak resmi jadi diharapkan masyarakat merujuk ke instansi yang berwenang," pungkasnya.
(asm/ata)