Distrik Paro Terancam Kosong, Warga Eksodus ke Kenyam Akibat Teror KKB

Papua Pegunungan

Distrik Paro Terancam Kosong, Warga Eksodus ke Kenyam Akibat Teror KKB

Jonh Roy Purba - detikSulsel
Jumat, 10 Feb 2023 23:00 WIB
Warga di Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan memilih eksodus ke Kenyam Ibukota Kabupaten Nduga, akibat teror kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Foto: Warga di Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan memilih eksodus ke Kenyam Ibukota Kabupaten Nduga, akibat teror kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). (Jonh Roy Purba/detikcom)
Nduga -

Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, terancam kosong karena ditinggal oleh masyarakatnya. Warga memilih eksodus ke Kenyam Ibukota Kabupaten Nduga, akibat teror kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang dipimpin Egianus Kogoya.

"Jadi kemarin malam saya dihubungi Bupati Nduga Nemia Gwijangge. Beliau meminta kami membantu masyarakatnya yang melakukan eksodus dari Paro ke Kenyam," ungkap Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen Muhammad Saleh Mustafa kepada wartawan dalam konferensi pers di Polres Mimika, Jumat (10/2/2023).

Saleh mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan pendataan berapa jumlah penduduk di Distrik Paro termasuk yang melakukan eksodus. Ia tak bisa menyimpulkan apakah saat ini kondisi di Paro sudah kosong ditinggal warganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara 100 persen saya nyatakan kosong sudah jelas tidak bisa. Karena kita belum sampai ke Paro. Nanti bisa dipastikan kosong apabila kita sudah mintai keterangan masyarakat yang melakukan eksodus," katanya.

"Untuk jumlah mereka yang eksodus tentu masih kita data. Tapi kemungkinannya Paro sudah kosong. Kemungkinan ya," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Ia menuturkan penyebab masyarakat melakukan eksodus ke Kenyam lantaran kelompok Egianus Kogoya menyampaikan bahwa TNI-Polri akan datang dan akan mengebom Distrik Paro. Hal itu dipercaya oleh masyarakat sehingga mereka takut dan mengungsi.

"Padahal sampai sekarang kita belum datang gimana kita mau mengebom. Mungkin masyarakat percaya dengan apa yang disampaikan kelompok Egianus Kogoya sehingga mereka takut dan mereka keluar dari kampungnya. Jadi penyebabnya karena berita bohong yang di sampaikan Egianus Kogoya yang menghasut masyarakat agar mereka keluar," ujarnya.

Informasi tersebut menurut Saleh yang membuat warga berbondong-bondong ke Kenyam dengan berjalan kaki dengan pembekalan yang minim. Bahkan banyak di antara mereka yang berjalan kaki adalah anak-anak, ibu-ibu dan orang tua.

"Jadi kini kita bersepakat untuk membantu mereka agar sampai ke Kenyam dengan selamat. Jarak ke Kenyam itu sangat jauh perjalanan bisa mencapai 3 hari bagi mereka yang sehat," pungkasnya.

Sementara itu Wakapolda Papua Brigjen Ramdani Hidayat menegaskan kini operasi kemanusiaan memang sedang dilaksanakan. Hal itu dilakukan atas permintaan kepala daerah setempat yang meminta TNI-Polri untuk mengevakuasi masyarakatnya yang ingin keluar dari Paro.

"Kini kita lagi mendata jumlah seluruhnya berapa. Karena pos TNI Polri tidak ada disana. Sedangkan kita mau menghubungi tidak ada yang bisa kami hubungi dan jaringan juga susah," jelasnya di lokasi yang sama.

Ramdani menuturkan pertama kali ditemukan masyarakat mengungsi dari Paro, ketika operasi penyelamatan terhadap 15 pekerja bangunan di Paro. Saat itu tim melihat sekitar belasan orang berada di Punca Weya lokasi penjemputan 15 pekerja.

"Awalnya kita memang melihat ada sekelompok masyarakat. Saat itu kita curiga, namun bertanya-tanya itu siapa dan kelompok mana tapi ternyata di situ ada ibu-ibu dan anak kecil dan di situ kita yakin bahwa itu masyarakat, tapi itu juga kita bertanya-tanya itu masyarakat mana dan kemudian heli mendarat," terangnya.

Setelah mengetahui bahwa mereka masyarakat yang mengungsi, lanjut Ramdani, pihaknya bersepakat untuk mengevakuasi anak-anak, ibu-ibu dan orang tua serta yang sedang sakit. Kini operasi kemanusiaan itu telah membuahkan hasil yakni 25 orang berhasil dievakuasi.

"Alhamdulillah tadi 25 orang sudah dievakuasi baik oleh heli TNI dan Polri dan sekarang sudah berada di Kenyam dan kemudian sudah diberikan perawatan medis. Di antara mereka terdapat 1 ibu-ibu yang sedang sakit," terangnya.

"25 masyarakat yang dievakuasi terdiri dari 12 orang dewasa 4 laki-laki dan 8 perempuan yang sudah kakek-kakek dan nenek-nenek yang harus ditandu. Lalu 13 orang anak-anak terdiri dari 10 laki2 dan 3 perempuan," imbuhnya.




(hsr/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads