Makin Canggih, Robot di Jepang Bisa Jadi Anggota Keluarga

Tim detikInet - detikSulsel
Kamis, 02 Feb 2023 20:40 WIB
Mengapa Jepang terobsesi dengan robot? Dari sejarah kekalahan perang, agama Shinto, hingga Astro Boy. (Foto: BBC World)
Jakarta -

Sejak beberapa tahun belakangan, Jepang telah memimpin dunia dalam hal teknologi robotik. Bahkan, robot di Jepang disebut sudah bisa menjadi anggota keluarga seperti kisah doraemon.

Dilansir dari detikINET, Rabu (1/2/2023), Jepang merupakan negara yang menjadi tempat lahirnya humanoid pertama pada 1970-an. Pengembangan robotika Jepang juga memelopori gagasan bahwa kecerdasan buatan harus diwujudkan.

Berbeda halnya dengan Jepang, negara-negara Barat lebih fokus pada algoritma secara abstrak. Namun, institusi teknologi di Jepang meyakini inovasi AI haruslah dilakukan sejalan inovasi dengan tubuh fisik buatan.


Para ahli robotika di Jepang telah menciptakan berbagai jenis robot yang dapat menemani serta mempermudah aktivitas keseharian manusia. Beberapa contohnya seperti robot yang bisa merawat orang sakit dan berteman dengan lansia, robot yang dapat memadamkan api, membawa beban berat, hingga robot yang bisa melakukan terapi fisik pada pasien.

Tidak hanya itu, Jepang bahkan telah menciptakan robot seks. Pasar robot seks di Jepang ini merupakan salah satu yang paling berkembang di dunia.

Budaya Jepang terkait Robot

Robot di Jepang kini sudah seperti bagian dari kehidupan sehari-hari. Orang Jepang bahwa merasa lebih nyaman merangkul robot sebagai bagian dari keluarga.

Fenomena masyarakat Jepang begitu melekat dengan Robot ini tak terlepas dari faktor budaya dan agama yang memiliki peran penting. Kebanyakan masyarakat Jepang menganut agama Shinto.

Tradisi serta cara hidup orang Jepang banyak yang berkaitan dengan dengan kepercayaan animisme. Kepercayaan ini menganggap roh dan kepribadian berasal dari benda mati.

Antropolog Jennifer Robertson yang mempelajari budaya Jepang dan hubungannya yang progresif dengan otomatisasi, menjelaskan bahwa Shinto mengajarkan kepercayaan animistik asli tentang hidup dan mati. Orang-orang yang menganut kepercayaan ini berpendapat bahwa energi vital, dewa, kekuatan, atau esensi hadir di materi organik maupun anorganik.

"Energi itu ada dalam entitas yang terjadi secara alami maupun sengaja dibuat oleh manusia, baik itu pohon, hewan, gunung, atau robot. Kekuatan ini dapat dikerahkan," ujarnya seperti dikutip dari Freethink.

Selain itu, penganut Shinto juga percaya bahwa benda atau makhluk hidup apa pun pada dasarnya memiliki esensi sejati. Mereka meyakini esensi tersebut hanya dapat ditemukan melalui desain sebuah benda.

Berkaitan dengan kepercayaan tersebut, penganut Shinto percaya bahwa robot hidup layaknya manusia dan mereka eksis sebagai bagian dari alam. Bahkan, dalam tradisi Jepang, garis antara artifisial dan alami pun secara inheren menjadi cair.

Hal tersebut dapat terlihat dari cerita rakyat Jepang yang mana banyak dari cerita-cerita tersebut yang mengangkat kisah tentang benda-benda yang menjadi hidup.

Bahkan, orang Jepang menyebut orang Barat telah memandang robot dengan prasangka buruk, sebagai 'pembunuh' pekerjaan, atau mesin yang tidak manusiawi. Dalam budaya pop Barat, keberadaan robot ini memiliki citra yang buruk, di Jepang citra robot justru digambarkan sebagai penyelamat.

Usai kehancuran Perang Dunia II, teknologi modern dan robotika memiliki peranan yang sangat penting dalam pemulihan dan pembangunan kembali negara. Bahkan, di negeri sakura ini robot digambarkan sebagai pahlawan super yang mirip manusia, baik hati, dan ramah.

Robot penyelamat tertanam dalam budaya dimulai dari hadirnya prototipe pahlawan Astro Boy. Tokoh Astro Boy ini diciptakan pada tahun 1951 ketika Jepang sedang memulihkan diri dari tragedi perang nuklir.

Pencipta Astro Boy ini adalah Osamu Tezuka, seorang dokter dan ilustrator. Tezuka menciptakan Astro Boy karena dia ingin menciptakan karakter yang melebihi Pinocchio, Astro Boy digambarkan sebagai sosok anak laki-laki sejati.

Kemudian, ada juga Doraemon karya Fujiko F Fujio. Dalam kisahnya, Doraemon ini disertakan sebagai robot yang menjadi bagian dari anggota keluarga Nobita.

Hingga saat ini, pola pikir bahwa robot adalah mesin yang 'manusiawi' masih melekat di masyarakat Jepang. Bahkan,ada seorang profesor robotika di Jepang punya mimpi memberikan robot kepada bayi pada saat mereka lahir.

Robot tersebut nantinya bertugas tumbuh dan berjalan bersama bayi tersebut sepanjang hidup mereka, bertindak sebagai pengasuh, teman, pengawal, dan sejarawan. semua yang dialami orang tersebut akan direkam dan diingat oleh robot. Robot ini akan menjadi sehat seumur hidup dan akan terus merawat mereka dari buaian hingga liang lahat.



Simak Video "Video: Penampakan Robot AI di Jepang untuk Rawat Lansia"

(urw/alk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork