Pemkab Sinjai, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengaku tidak bisa membangun jembatan bambu reyot yang menjadi akses penyeberangan pelajar ke sekolah. Hal tersebut lantas diserahkan penanganannya ke pemerintah desa setempat.
"Jembatan tersebut hanya untuk akses pejalan kaki. Teman-teman dari bidang Bina Marga sudah meninjau lokasi," kata Kadis PUPR Sinjai Haris Achmad kepada detikSulsel, Rabu (1/2/2023).
Jembatan itu terletak di Dusun Tonasa, Desa Songing, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai. Desa Songing berbatasan langsung dengan Desa Polewali, yang jaraknya dari ibukota Kabupaten Sinjai 35 kilometer.
Haris mengatakan, lokasi jembatan tersebut tidak ada jalan di ujungnya. Selain itu, Dinas PUPR kabupaten juga dibatasi kewenangan dalam hal penanganan jembatan yang ada pada ruas jalan kabupaten.
"Jadi menurut kami sebaiknya jembatan itu ditangani oleh pemerintah desa. Rekomendasi musrenbang tidak mesti menggunakan dana APBD yang ada di OPD. Kami dari Dinas PUPR siap melakukan pendampingan teknis di desa kalau desa memprogramkan," sebutnya.
Sementara itu, Kepala Desa Polewali Mazlan menduga, Dinas PUPR tidak betul-betul melakukan peninjauan. Sebab warga setempat selalu lewat di jembatan tersebut.
"Bagus mungkin kalau orang PU turun ke lokasi melihat langsung. Selalu ji ada mobil dan motor lewat di situ kalau tidak banjir," ucapnya.
Mazlan menambahkan, jembatan itu memang bukan kewenangan kabupaten. Tetapi mayoritas warga selalu lewat di situ untuk memperpendek akses ke kota kecamatan.
"Itu juga memperpendek akses anak-anak pergi ke sekolah. Kalau anak sekolah tidak lewat di situ mereka harus menempuh jalan kurang lebih 5 km, sedangkan kalau lewat di situ hanya 2 km," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah siswa Madrasah Aliyah (MA) Muhammadiyah Songing, Kabupaten Sinjai, Sulsel terpaksa melintasi jembatan penyeberangan dari bambu berkondisi reyot demi ke sekolah. Mereka nekat bertaruh nyawa melintasi jembatan yang di bawahnya mengalir sungai berarus deras.
Dalam video beredar di media sosial, tampak 3 orang siswi yang akan menyeberangi jembatan. Dua orang di seberang jembatan terlihat berusaha memperbaiki jembatan.
Terlihat jembatan itu hanya dibangun dari beberapa bilah bambu yang membentang di atas aliran sungai. Dua pelajar wanita tengah menunggu warga yang terlihat memperbaiki posisi jembatan bambu tersebut.
"Semoga anak-anak kita selamat. Banjir besar ini. Hanya bermodalkan jembatan darurat," sebut salah seorang dalam video tersebut.
Simak Video "Demo Tuntut Gaji Guru-Aparat Desa di Mamasa Ricuh, Ban Bekas Dilempar!"
[Gambas:Video 20detik]
(ata/sar)