Sejumlah siswa Madrasah Aliyah (MA) Muhammadiyah Songing, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan (Sulsel) terpaksa melintasi jembatan penyeberangan dari bambu berkondisi reyot demi ke sekolah. Mereka nekat bertaruh nyawa melintasi jembatan yang di bawahnya mengalir sungai berarus deras.
Dalam video beredar di media sosial, tampak 3 orang siswi yang akan menyeberangi jembatan. Dua orang di seberang jembatan terlihat berusaha memperbaiki jembatan.
Terlihat jembatan itu hanya dibangun dari beberapa bilah bambu yang membentang di atas aliran sungai. Dua pelajar wanita tengah menunggu warga yang terlihat memperbaiki posisi jembatan bambu tersebut.
"Semoga anak-anak kita selamat. Banjir besar ini. Hanya bermodalkan jembatan darurat," sebut salah seorang dalam video tersebut.
Guru sekolah MA Muhammadiyah Songing, Abd Latif menuturkan, anak didiknya harus melewati sungai ini untuk berangkat ke sekolah. Dia mengaku ada jalan alternatif yang lebih aman namun mesti berjalan memutar di Dusun Bonto dengan jarak tempuh sekitar 5 kilometer.
"Jembatan bambu buatan masyarakat setempat menjadi penghubung setiap harinya masyarakat setempat khususnya anak sekolah. Meskipun beresiko tinggi, siswa lewat jembatan itu setiap hari," katanya kepada detikSulsel, Selasa (31/1/2023).
Jembatan itu terletak di Dusun Tonasa, Desa Songing, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai. Desa Songing berbatasan langsung dengan Desa Polewali, yang jaraknya dari ibukota Kabupaten Sinjai 35 kilometer.
Latif mengatakan, masyarakat setempat membangun jembatan ini dengan peralatan seadanya. Terbuat dari susunan bambu yang diikat dengan rotan.
"Kondisi jembatan darurat yang setiap harinya dilalui oleh warga dan siswa setempat nampak membahayakan. Beberapa bentangan bambu sudah terlihat lapuk karena menjadi kebutuhan para pelajar tetap memberanikan diri untuk menyeberang," jelasnya.
Latif berharap agar pemerintah memberi perhatian akan hal tersebut. Warga dan siswa membutuhkan akses jembatan permanen untuk menunjang mobilitas.
"Kami sangat mengharap adanya jembatan permanen karena merupakan kebutuhan masyarakat setempat," sambung Latif.
Sementara itu, Kepala Desa Polewali Mazlan menuturkan, jembatan bambu tersebut setiap hari dilewati siswa. Jembatan itu merupakan akses jalan pintas siswa menuju sekolah.
"Itu jembatan kan jalan pintas. Makanya setiap hari dilewati siswa," ucapnya.
Mazlan menjelaskan, jembatan itu menghubungkan antar Desa Polewali dengan Songing, Kecamatan Sinjai Selatan. Warga Desa Polewali rata-rata sekolah di Desa Songing.
"Di sana ada MTS dan MA. Jadi sebagian besar wargaku ke sana semua sekolah," bebernya.
Mazlan mengaku, pihaknya selalu mengusulkan itu dibuatkan jembatan permanen saat musrenbang. Mengingat jembatan itu akses bagi masyarakat.
"Selalu kita usulkan di musrenbang, karena ini kewenangan kabupaten. Panjang jembatan itu lebih 10 meter. Semoga bisa secepatnya diperbaiki," harapnya.
Simak Video "Rawan Pemotor Tergelincir, Jalan di Kota Tua Mulai Dilapisi Anti-skid"
[Gambas:Video 20detik]
(sar/hsr)