Pupus sudah harapan warga Kampung Cikadaka, Desa Cidadap, dan Kampung Naringgul, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Jembatan penghubung yang baru saja diresmikan Relawan Sehati Gerak Bersama pada 16 September 2024 kini hanya tinggal kenangan.
Banjir bandang yang melanda pada Rabu, 4 Desember 2024, menghancurkan jembatan itu, meninggalkan duka dan tantangan berat bagi warga.
Kronologi Kejadian
Hujan deras yang mengguyur selama tiga hari berturut-turut memicu banjir bandang dengan arus deras yang tak tertahankan. Fondasi jembatan yang selama ini menjadi kebanggaan warga akhirnya roboh sekitar pukul 10.00 pagi. Ruyatman, Kepala Seksi Pelayanan Desa Cidadap, mengaku belum pernah menyaksikan banjir sedahsyat ini selama 25 tahun tinggal di kawasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fondasinya tergerus air karena banjir kali ini sangat besar. Selama 20-25 tahun saya tinggal di sini, belum pernah melihat air sungai meluap seperti saat itu," ujar Ruyatman.
Kerusakan jembatan ini tak hanya menyulitkan aktivitas warga, tetapi juga membuat anak-anak sekolah kembali berjuang menyeberangi sungai.
"Sekarang kondisinya kembali seperti dulu, semuanya serba sulit," tambahnya.
Dampak pada Pelajar dan Warga
Hari pertama sekolah pada Senin, 6 Januari 2025, menjadi tantangan berat bagi siswa-siswi SDN Pasir Pogor di Kampung Cikadaka. Mereka terpaksa mengarungi sungai dengan arus deras untuk berangkat sekolah.
Teh Bete, salah seorang warga, mengatakan para siswa harus menyeberangi sungai dengan menjunjung sepatu dan menyingsingkan celana.
"Kalau air pasang atau hujan deras, semua aktivitas itu terpaksa diliburkan," ujarnya.
![]() |
Selain pelajar, para petani juga harus menyeberangi sungai bahkan berenang demi melanjutkan aktivitas mereka. Lisda, Kepala Sekolah SDN Pasir Pogor, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap keselamatan siswa.
"Kami meminta orang tua meliburkan anak-anak jika hujan deras dan melaksanakan pembelajaran daring sementara untuk mencegah risiko kecelakaan," kata Lisda.
Harapan dan Upaya
Hancurnya jembatan di Kampung Cikadaka hanyalah satu dari 47 jembatan di Kabupaten Sukabumi yang rusak akibat bencana di awal Desember 2024. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah dan pihak terkait.
Andri 'Zeans' Kurniawan dari Relawan Sehati Gerak Bersama yang membangun jembatan dengan dana donasi sebesar Rp 235 juta mengaku sedih melihat kondisi ini.
"Saya menangis melihat foto bendera Yayasan Sehati Gerak Bersama di antara puing-puing jembatan. Mimpi puluhan tahun warga punya jembatan kini sirna," ujarnya lirih.
Namun hingga kini, belum ada langkah konkret dari pihak terkait meskipun Tim P2BK dan BPBD telah meninjau lokasi. Alpon, salah seorang warga, mendesak pemerintah segera turun tangan.
"Kami berharap pemerintah segera turun tangan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai ada korban baru ada tindakan," pungkasnya.
Warga Kampung Cikadaka dan sekitarnya kini hanya bisa berharap jembatan yang baru, lebih kuat, segera dibangun untuk menggantikan yang hilang.
(sya/dir)