Sulawesi Barat

Tolong! Ayah-Anak Disabilitas di Mamasa Tinggal di Gubuk-Kerap Kelaparan

Abdy Febriady - detikSulsel
Minggu, 27 Nov 2022 22:00 WIB
Ayah dan anak penyandang disabilitas di Mamasa, Sulbar. Foto: (Abdy Febriady/detikcom)
Mamasa -

Penyandang disabilitas di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Bija (71) terpaksa menjalani hidup dengan kondisi memprihatinkan. Selain karena lilitan ekonomi, Bija juga harus merawat anaknya bernama Sanjaya (22) yang juga menyandang disabilitas seorang diri.

Bija dan Sanjaya merupakan warga Desa Salumokanan Utara, Kecamatan Rantebulahan Timur, Mamasa. Keduanya tinggal dalam rumah yang sangat sederhana berukuran 3x5 meter. Letaknya di tengah areal perkebunan yang berjarak sekira 200 meter dari pemukiman warga.

"Mungkin sudah ketentuan dari Tuhan, saya yakin Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak mampu dilalui hamba-Nya," kata Bija kepada wartawan di rumahnya, Sabtu (26/11/2022).


Rumah yang ditempati Bija bersama Sanjaya sejak tiga tahun terakhir itu terbuat dari bambu dan kayu. Lantai dan dindingnya menggunakan papan, sementara atapnya berbahan seng.

Diakui Bija, material rumah seperti seng, papan, dan balok, dibeli dengan menyisihkan dana bantuan langsung tunai. Sementara bambu diperoleh dari kebun warga.

Karena sudah menahun dan dimakan rayap, membuat bambu yang menjadi penopang utama rumah kedua penyandang disabilitas ini mulai lapuk hingga terancam ambruk.

"Memang begitu kalau pakai bambu, biasanya hanya bertahan dua tahun, setelah itu harus diganti lagi," ungkapnya.

Bija harus menggunakan tongkat kayu agar bisa berjalan dan bekerja mencari kayu. Foto: (Abdy Febriady/detikcom)

Menurut Bija, hidup berdua dengan Sanjaya baru dijalani sejak tiga tahun terakhir, setelah ditinggal pergi istri yang telah memberinya enam orang anak. Sanjaya merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.

Bija menduga, sang istri meninggalkannya lantaran tidak sanggup hidup susah. Sementara anaknya yang memilih ikut bersama ibunya karena tidak ingin menyusahkan dirinya.

"Mungkin dia (istri) tidak tahan hidup kesusahan ekonomi, sementara anak-anak yang lain tidak mau kalau ikut dengan saya, katanya tidak mau buat saya susah," ujarnya lirih.

Bija menceritakan, awalnya Sanjaya juga ikut bersama ibu dan saudaranya yang lain. Setelah tiga bulan, sang istri kembali membawa Sanjaya dan meminta Bija untuk merawatnya.

"Sekitar tiga bulan dia (istri) datang bawa Sanjaya, katanya dia mau pergi bekerja ke daerah lain, katanya tidak bebas kemana-mana kalau ada Sanjaya," ucapnya.

Menurut Bija, dia mengalami kondisinya sejak lahir. Selain tidak memiliki jari tengah pada tangan kanan, kaki kanan Bija juga berukuran lebih kecil, sehingga tidak dapat difungsikan.

Agar dapat beraktivitas layaknya warga lain, Bija mengandalkan bantuan tongkat kayu. Tidak jarang pula dirinya memilih merangkak, mengandalkan kedua tangan untuk mendorong tubuhnya.

Demikian pula dengan Sanjaya yang diakui telah mengalami disabilitas sejak lahir. Sanjaya pernah diperiksakan ke dokter termasuk dukun, dengan harapan bisa sembuh. Sayang, kondisi Sanjaya tidak berubah hingga sekarang ini. Sanjaya hanya dapat berbaring serta tidak dapat beraktivitas dan mengurus dirinya tanpa bantuan orang lain.

"Pernah diobati (Sanjaya) tapi tidak ada perubahan, di bawa ke Mamasa, galung, pokoknya banyak upaya, dukun-dukun kampung juga pernah didatangi," bebernya.

Meski hidup dalam serba keterbatasan, Bija mengaku enggan berpangku tangan. Walau tidak lagi muda, dirinya tetap berupaya bekerja asalkan bisa mendapatkan sedikit uang.

Simak kisah selengkapnya di halaman selanjutnya.




(asm/hmw)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork