Yulin Ribka Sandatudang, salah satu guru honorer di Toraja Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang gagal diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) karena terlambat mengisi daftar riwayat hidup di sistem Badan Kepegawaian Nasional (BKN). Yulin yang telah mengajar sejak 1999 gagal mengupload berkas karena koneksi internet buruk imbas listrik sekolah saat itu padam.
"Saya mengajar sejak 1999. Walaupun (sebagai honorer) kita hanya digaji seberapa tapi ya kita membangun anak bangsa," ungkap Yulin kepada detikSulsel, Kamis (20/10/2022).
Yulin mengaku awalnya sempat mengajar di Makassar. Namun kemudian memutuskan pindah ke Toraja Utara sekitar tahun 2005. Sejak awal tahun ajaran baru ini, dia mengaku pindah mengajar ke sekolah yang baru namun belum mendapat bayaran hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya belum terima (sejak) Juli. Mungkin kalau saya datang, bendaraha keluar sehingga belum terima gaji hingga saat ini," tuturnya.
Dia mengaku sehari-harinya ke sekolah dengan menumpang angkutan umum. Namun untuk sampai ke sekolah, Yulin mengaku masih harus berjalan kaki dan sedikit mendaki karena sekolahnya berada di perbukitan di wilayah Kecamatan Tallunglipu.
"Angkot tidak sampai depan sekolah karena bukan jalan poros. Tidak sampai (1 kilometer) jalan kaki namun harus mendaki, lumayan juga," bebernya.
Menurut Yulin, dia begitu semangat saat mengetahui ada kebijakan PPPK dari pemerintah. Sehingga dia begitu antusias mendaftar. Dia berharap dengan lolos menjadi PPPK ada perbaikan kesejahteraan karena upayanya mendaftar PNS selalu gagal. Apalagi gajinya terakhir hanya sekitar Rp 500 ribu bulan.
"Memang sudah lulus tapi daftar riwayat hidup itu tidak tersubmit. Sehingga dari BKD, kami dianggap mengundurkan diri dan tidak lolos. Tidak submit berkas tepat waktu," jelasnya.
Saat itu, memang kondisi jaringan agak buruk lantaran listrik di sekolah padam. Menurut Yulin, memang listrik di sekolahnya sudah lumrah sering padam dari pagi sampai sore.
"Semua kelengkapan berkas sudah kami selesaikan. Cuma terakhir itu kan biasa ada tulisan kirim nah itu yang tidak tertekan. Karena pada saat itu mati lampu. Mati lampu kan lama, jelas mati lampu jaringan tidak ada. Karena kita pakai internet dari Telkom," terangnya.
Dia mengaku agak sedikit kecewa karena tidak diangkat jadi PPPK. Apalagi Yulin mengaku sudah keluar biaya yang tidak sedikit untuk pengurusan berkas.
"Saya pernah sampai jatuh sakit. Mungkin karena kepikiran, saya kasihan sudah puluhan tahun ini mengabdi kok tiba-tiba begini (tidak lolos)," tuturnya.
Yulin berharap dengan mengadukan persoalan ini ke DPRD Sulsel masih ada kesempatan untuk tetap diangkat menjadi PPPK guru.
"Harapannya kami mau tetap diakomodir," tukasnya.
(tau/asm)