Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto akan merevitalisasi kawasan kumuh di 5 kelurahan, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Upaya tersebut digagas lewat program Revitalising Invormal Settlements and Their Environments (RISE) atau revitalisasi permukiman kumuh dan lingkungannya.
"Sekarang ada 5 (titik kelurahan). Ini kita juga dibiayai sama grand, dari Australia dan saya kira berbagai internasional yang cukup besar. Meskipun ini lebih banyak ke penelitian. Tapi secara fisik ini tetap bantuan," kata Danny saat peletakan batu pertama proyek infrastruktur RISE di Untia, Biringkanaya, Makassar, Kamis (1/9/2022).
Adapun 5 kelurahan yang dimaksud, yakni Untia (Kecamatan Biringkanaya), Tallo (Kecamatan Tallo), Bonelengga (Kecamatan Biringkanaya), Barombong (Kecamatan Tamalate), dan Alla-Alla (Kecamatan Manggala). Danny menyebut, seluruh kawasan tersebut juga akan menjadi uji coba dalam reset teknologi Water Sensitive City atau Kota Ramah Air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intervensi (program RISE) itu seperti drainase diintervensi, sistem pembangunan air kotor diintervensi. Intervensi itu lewat teknologi," tegasnya.
Danny melanjutkan, anggaran dalam program revitalisasi kawasan kumuh tersebut sebanyak USD 4 juta atau Rp 59,5 miliar. Anggaran tersebut merupakan dana hibah dari Australia.
"Ada USD 4 juta mulai dari grand-nya nanti. (Dana hibah dari) Australia. Tapi memang sebagian untuk penelitian," ucap Danny.
Program revitalisasi kawasan kumuh ini direncanakan berjalan sekitar tujuh tahun. Dalam prosesnya akan dilakukan uji coba penerapan infrastruktur hijau dan akan ditinjau lebih lanjut atas dampak program tersebut.
"Jadi intervensi itu begini, ada sesuatu yang apa adanya gitu. Diintervensi supaya lebih baik. Lewat apa, lewat hal-hal yang diteliti. Dampaknya diteliti lagi apa ada dampaknya atau tidak," tuturnya.
Untuk diketahui, RISE merupakan program hibah kerja sama antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia yang dilaksanakan melalui pendanaan Australia's Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT). Dalam pelaksanaannya.
Kegiatan ini diselenggarakan melalui Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT) serta kerja sama dengan Pemerintah Kota Monash University dan Universitas Hasanuddin.
Sementara Direktur Kemitraan Unhas Ansariadi mengatakan di kawasan kumuh tersebut nantinya dibangun infrastruktur yang mendukung pengelolaan air dan sanitasi. Infrastruktur itu sebagai bentuk uji coba infrastruktur hijau.
"Di 5 kawasan kumuh tersebut nantinya akan dijadikan uji coba pendekatan baru pengelolaan air dan sanitasi di permukiman informal di Makassar," terang Ansariadi.
Ansar melanjutkan, program intervensi infrastruktur hijau tersebut didukung dengan teknologi baru 'Smart Septik Tank' yang turut akan diuji coba. Fungsinya mengolah air limbah rumah tangga agar mengurangi pencemaran lingkungan.
"Di riset ini juga diperkenalkan penggunaan teknologi Smart Septic Tank untuk mengolah air buangan dari rumah tangga dan disaring secara alamiah sebelum dilepaskan kembali ke lingkungan," ucapnya.
Sementara Wakil Direktur RISE Diego Remirez menuturkan tujuan kemitraan Indonesia-Australia tersebut untuk meningkatkan kesehatan lingkungan. Serta dampak buruknya pada populasi global.
"Untuk mengembangkan sebuah bukti dari konsep yang bertujuan memberikan peningkatan kesehatan manusia dan lingkungan bagi populasi yang paling rentan secara global," terang Diego.
Diego melanjutkan, selain dengan Unhas program ini turut menjalin kerjasama oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia melalui Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT).
"Kemitraan mendalam inilah yang memungkinkan kami berada di sini hari ini untuk mencapai tonggak penting ini bagi dimulainya pembangunan di Makassar. Proyek RISE di Makassar telah didukung oleh KIAT," pungkasnya.
(sar/asm)