Pusat Studi Gempa Sulawesi (PSGS) menyebut gempa Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) berkekuatan magnitudo (M) 5,8 beberapa waktu lalu merupakan gempa berskala kecil. Kendati demikian getaran gempa justru membuat gedung-gedung rusak berat, bahkan hancur.
Direktur Eksekutif PSGS Dr Ardy Arsyad mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan gempa Mamuju tetap mampu membuat gedung-gedung hancur, salah satunya karena tanah Mamuju dulunya kawasan empang.
"Dulu kan Mamuju itu kota empang lalu ditimbun jadi kota. Jadi ada endapan atau alluvium (tanah bertekstur lunak). Nah sifat alluvium ini cenderung memperbesar gempa," kata Ardy kepada wartawan di Makassar, Sabtu (18/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ardy mengatakan endapan atau alluvium itu membuat guncangan gempa akan lebih terasa di permukaan. Kondisi ini membuat sejumlah bangunan di atasnya jadi rusak.
"Jadi kondisi tanah di Mamuju itu adalah tanah-tanah lunak, endapan. Dia cenderung memperbesar (getaran gempa) dan itu sangat berbahaya bagi gedung," tambahnya.
Ardy kemudian melihat sejarah gempa di Mamuju. Jarak waktu terjadinya gempa di ibukota Sulawesi Barat itu sangat dekat.
"Seperti tahun 1969, 1972, 1984, 2021. Itu terulang. Jadi kita lihat periode gempa Mamuju ini tidak panjang. 20 tahun terjadi. Cukup dekat dan uniknya aturan gempa 2022 masih menganggap Mamuju itu aman," ungkapnya.
Sementara itu, gempa berkekuatan 6,2 magnitudo yang mengguncang Mamuju pada 2021 lalu juga dianggap tidak terlalu besar. Namun dampak gempa itu mampu merusak sejumlah bangunan akibat alluvium.
"Kalau kita belajar dari 2021, gempanya sebenarnya tidak terlalu besar hanya 6,2 magnitudo. Tapi kenapa banyak sekali gedung hancur, karena dari penelitian kami 6,2 itu begitu dia ke permukaan, kayak (seperti) di sini (alluvium) dia membesar," katanya.
Dengan demikian, Ardy meminta pemerintah setempat segera membuat mitigasi untuk mengurangi dampak fatal yang ditimbulkan oleh gempa di Mamuju dengan kondisi tanah alluvium
"Jadi kami Mamuju ini harus kita percepat mitigasinya. Kasihan kita ini dua kali gempa besar tapi akselerasi mitigasi gempa masih kurang," sesalnya.
(hmw/nvl)