Wakil Bupati (Wabup) Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) Asman meninjau gedung SD Negeri 74 Bolang Kecamatan Alla yang kondisinya retak dan hampir roboh. Asman meminta siswa sekolah tersebut untuk menumpang belajar sementara ke SD tetangga.
"Jadi mulai pekan depan tidak ada lagi anak-anak belajar di kolong rumah warga. Sementara menumpang dulu di sekolah tetangga karena jaraknya juga tidak terlalu jauh," ungkap Asman kepada detikSulsel, Rabu (1/6/2022).
Pantauan detikSulsel, Rabu (1/6), tampak retakan besar di hampir seluruh ruang kelas. Beberapa plafon kelas juga sudah copot, ubin lantai terbuka terkelupas, hingga kaca jendela pecah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung sekolah yang memiliki 7 ruangan itu juga terlihat sudah tidak terurus. Cukup banyak sampah berserakan, beberapa perabotan sekolah seperti lemari buku, dan poster dibiarkan tergeletak di lantai.
"Kalau tidak memungkinkan (menumpang di SD tetangga) segera lapor, kita bangunkan sekolah darurat sambil menunggu gedung baru," jelas Asman.
![]() |
Wabup Enrekang menyayangkan kondisi sekolah yang sudah lama retak ini tidak ada laporan ke Pemda. Padahal kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
"Kami pemerintah memohon maaf atas keterlambatan kami, tapi ini pembelajaran juga bagi kami. Kepada kepala desa dan camat harusnya cepat melakukan koordinasi disampaikan ke BPBD dan Bupati," jelasnya.
Untuk mempercepat anggaran perbaikan sekolah, Asman mengaku akan menyampaikan langsung kondisi gedung SDN 74 Bolang ke Kemendikbud di Jakarta. Pihaknya berharap anggaran pembangunan kembali sekolah bisa diberikan Kementerian terkait dalam waktu dekat.
"Ini sudah mendesak. Saya sendiri nanti akan sampaikan (ke Jakarta), karena ini bukan anggaran sedikit. Soal lokasi gedung baru sudah ada, bahkan sudah dibalik nama atas nama Pemkab. Semoga cepat terealisasi," ujarnya.
Sementara, Kepala SDN 75 Bolang Amir Bando membeberkan pihak SDN 169 Bolang sudah menyiapkan 3 kelas untuk muridnya bisa menumpang belajar. Jarak menuju sekolah tersebut kurang lebih 1 kilometer (km).
"Iya kalau kesana anak-anak mendaki sampai kurang lebih 1 kilo (km). Kita punya peserta didik 87, kelas disiapkan di sana ada 3 kelas. Terpaksa kita akan sekat satu kelas biar cukup nanti," bebernya.
Amir Bando mengungkapkan kondisi gedung sekolah yang retak tersebut sudah terjadi sejak 2020 lalu. Namun, retakan parah terjadi pada akhir 2021 kemarin yang diakibatkan pergeseran tanah.
"Tanah di sini memang labil. Ini sudah lama terjadi sejak 2020. Makanya kami memindahkan anak-anak belajar di kolong rumah warga karena sangat berbahaya," tukasnya.
(tau/nvl)