Praktik calo di Pelabuhan Bajoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) marak ditemukan. Para calo itu menawarkan berbagai macam jasa, mulai dari tiket penumpang hingga jasa pengurusan kamar di dalam kapal.
Pelabuhan Bajoe merupakan salah satu pelabuhan padat untuk penyeberangan dari wilayah Sulsel menuju pintu masuk Sulawesi Tenggara (Sultra) di Kolaka. Berbeda di tempat lainnya, dimana calo kadang dianggap meresahkan, sejumlah penumpang di Pelabuhan Bajoe Bone justru senang dengan maraknya calo.
Pantauan detikSulsel di Pelabuhan Bajoe, Kamis (26/5/2022) sekitar pukul 10.40 Wita, keberadaan calo yang menunggu penumpang cukup mudah ditemukan. Mereka tampak bersama-sama menunggu di samping loket penjualan tiket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat penumpang datang, para calo secara bergantian menghampiri lalu menawarkan jasanya. Kebanyakan dari calo menawarkan jasa pembelian tiket hingga pengantaran barang ke pintu masuk kapal.
Jika calon penumpang mau, mereka akan dibiarkan duduk menunggu di sebuah ruangan dan calo yang akan membeli tiket di loket. Jika tiket sudah diperoleh, para calo juga akan mengantar penumpang dan mengangkut barang bawaan penumpang hingga ke zona C yang merupakan pintu masuk menuju kapal.
Seorang penumpang yang menggunakan jasa calo terlihat memberikan uang kepada calo sebanyak Rp 105 ribu. Harga yang dibayar tersebut merupakan hasil kalkulasi dari harga tiket sebanyak Rp 96 ribu dan sisanya Rp 9 ribu merupakan biaya jasa calo.
"Itu calo yang urus ka (yang membantu). Banyak barang ku jadi lebih enak kalau pakai pengurus ka (bantuan calo)," kata Ilham (53), seorang penumpang KM Raja yang ingin menyeberang ke Kolaka.
Ilham mengaku menggunakan jasa calo karena dia sendiri tidak mengetahui tata cara pembelian tiket secara non tunai. Kondisi ini memaksa Ilham menggunakan jasa calo agar tidak repot.
"Tidak kutau ki beli soal tiket online, saya lebih kusuka diuruskan. Kadang saya kasih Rp 20 ribu atau Rp 10 ribu, karena dia antar barang ta sampai di pintu kapal," tambahnya.
Sementara itu, seorang calo yang enggan disebutkan namanya mengaku pihaknya memang bisa memberikan akses lebih bagi penumpang. Para calo bisa mengurus banyak hal, mulai dari tiket, barang bawaan, hingga jasa pengurusan kamar di kapal.
"Bisa saya uruskan kalau ada teman ta mau berangkat. Kalau kamarnya bisa juga dikomunikasikan," kata calo yang enggan disebutkan namanya.
Lebih lanjut calo itu menjelaskan harga kamar beragam sesuai dengan tingkat kepadatan penumpang. Jika penumpang sedikit harga kamar sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu.
"Tapi kalau banyak penumpang mahal juga kamarnya sekitar Rp 400 ribu," sebutnya.
Pria berbadan kekar itu mengaku bisa memperoleh keuntungan minimal Rp 50 ribu setiap kamar. Namun saat penumpang melonjak seperti saat arus mudik lebaran maka harga kamar bisa tembus Rp 850 ribu yang mana sang calo bisa memperoleh RP 100 ribu per kamar.
"Kalau mau ambil kamar di kapal biasa sewa kamar ABK. Biasa pa calo-calo yang bisa uruskan ki, sewanya kita bicarakan maki," ucapnya.
![]() |
Sementara itu, seorang penumpang lainnya bernama Indri yang juga pengguna jasa calo mengaku biasanya membeli tiket secara online. Hanya saja alat pembelian tiket secara online di pelabuhan kadang bermasalah dan sangat lama prosesnya.
"Sebenarnya lebih bagus kalau beli langsung tiket di loket dan tidak lama pengurusannya. Bisa juga lewat calo tapi harganya naik Rp 20 ribu," tambahnya.
(hmw/nvl)