Vihara Ratana Dipa Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) sudah kembali menggelar ibadah Waisak 2022 secara langsung. Beberapa tahun sebelumnya, Hari Raya Suci Waisak dilaksanakan secara daring akibat pandemi COVID-19.
Perayaan Waisak 2556 di vihara tersebut dilaksanakan secara luring dengan mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19 yang ketat. Ibadah dimulai dengan membawa puja yang diletakkan di altar upacara Umat Buddha yang terdiri dari air, bunga, hingga dupa.
Setelah tertata di altar, umat melakukan ritual pradaksina dengan mengitari tempat puja sebanyak tiga kali. Kemudian melaksanakan sembahyang, membaca Paritta hingga melakukan meditasi di detik-detik Waisak pukul 12.13 Wita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama dua tahun kemarin umat tidak pernah berkumpul, tidak puja bakti bersama. Kali ini, pertama kali kita dibolehkan secara offline, antusias cukup bagus," kata Ketua Vihara Ratana Dipa, Janes Suminta kepada detikcom, Senin (16/5/2022).
Janes berharap perayaan Waisak tahun ini bisa menjadi momentum untuk meningkatkan toleransi sesama umat beragama.
"Harapannya semoga sesuai tema, toleransi antar umat beragama dijunjung tinggi. Perbedaan bukan menjadi hal bagaimana, tapi menjadi pemersatu," bebernya.
Di tempat yang sama, Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Buddha Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sultra Gino mengungkapkan perayaan Waisak di vihara tersebut dilakukan sederhana. Ia menduga masih banyak umat yang tidak datang ke vihara dalam perayaan tersebut karena masih takut dengan situasi COVID-19.
"Tadi dilakukan secara offline dengan pembatasan dan menggunakan masker diperkirakan 70 umat. Mungkin baru pertama sembahyang dalam jumlah besar jadi mungkin masih takut," bebernya.
2 Vihara Laksanakan Waisak Lebih Awal
Waisak tahun ini di Kendari, ada dua vihara yang lebih awal melakukan perayaan yakni Vihara Tekad Maitreya dan Eka Dharma Manggala yang terletak di Kecamatan Kendari Barat pada Minggu (15/5). Gino mengungkapkan dua vihara tersebut dengan vihara lain memiliki tradisi berbeda, namun dengan substansi yang sama yakni merayakan Tri Suci.
"Vihara Eka Dharma Manggala dan Tekad Maitreya dengan di sini tradisi berbeda. Tapi substansinya sama merayakan Tri Suci Waisak," ujarnya.
Gino lebih lanjut merincikan dua vihara tersebut melakukan perayaan dengan konteks menyambut Waisak. Sedangkan Vihara Ratana Dipa melakukan peringatan detik-detik Waisak.
"Mereka istilahnya menyambut, mereka tidak melakukan secara khusus, jadi mereka bukan memperingati. Jika di sini memperingati dilakukan saat detik-detik Waisak pukul 12.13 Wita," ujarnya.
Gino mengungkapkan vihara di Sultra rata-rata melakukan tradisi Theravada dengan mengikuti peringatan detik-detik Tri Suci Waisak. Namun perayaan berbeda waktu selain tradisi, juga dilakukan dengan pertimbangan matang dari masing-masing pengurus.
"Kami berharap umat bisa kembali ke tempat ibadah dan terkait tema tahun ini harapannya seluruh umat Buddha mengedepankan sikap toleransi bahwa kita hidup berbeda suku dan agama dalam rangka menjalin kesatuan dan persatuan," ungkapnya.
(asm/nvl)