Warga di wilayah pelosok Sulawesi Selatan (Sulsel) tepatnya di Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara disindir oleh Gubernur Andi Sudirman Sulaiman (ASS) agar keluar dari Indonesia, gegara protes jalanan di wilayahnya rusak parah dan mengancam pindah ke daerah tetangga di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). Ternyata, kehidupan warga Rampi sangat lah memprihatinkan.
Warga di Rampi hingga kini tidak pernah merasakan jalanan yang layak dari ibu kota kabupaten ke wilayah mereka sejak Indonesia meredeka. Akses jalanan yang harus mereka lalui menghambat segala aktivitas warga.
"Sejak Indonesia merdeka, Rampi yang dulu sama saja dengan yang sekarang. Tidak ada akses jalan. Perekonomian kami tidak jalan," ungkap warga Kecamatan Rampi, Freddy Erenst saat dihubungi detikSulsel, Sabtu (14/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Freddy mengatakan, warga Rampi membutuhkan jalan namun yang terbangun justru bandara perintis. Jadwal penerbangannya pun hanya satu kali dalam sehari.
"Kami butuh akses jalan, yang ada malah mereka membangun bandara. Bandara itu hanya penerbangan satu kali per hari," tambahnya.
Harga-harga di Rampi Melambung Tinggi
Bahkan, akibat tidak adanya akses jalan yang memadai, Freddy mengatakan tidak ada pasar di Kecamatan Rampi. Meskipun hasil perkebunannya melimpah.
"Kami punya hasil perkebunan yang melimpah. kita punya sayur yang melimpah. Tapi tidak ada pasar di Rampi. Karena alat angkut terbatas," kata Freddy.
Selain itu, Freddy mengungkapkan susahnya akses mobilitas menuju Kecamatan Rampi membuat harga-harga barang melambung tinggi. Sebut saja isi ulang gas elpiji 3 kg yang memiliki harga normal di kisaran Rp 20.000-an, di Rampi tembus hingga Rp 150.000.
"Harga satu sak semen di Rampi harganya Rp 350.000. Harga gas 3 kilogram Rp 150.000 itu isi ulang ya, bukan yang sama tabungnya. Bagaimana kami bisa hidup," keluh Freddy.
Hanya Ada 1 Puskesmas di Rampi, Orang Sakit Ditandu 5 Km
Tidak hanya persoalan harga yang mencekik leher, warga kesulitan juga mengakses fasilitas kesehatan. Pasalnya Kecamatan Rampi hanya memiliki satu puskesmas dengan alat dan tenaga kesehatan yang terbatas. Bahkan warga harus ditandu menuju puskesmas dengan jalan kaki sejauh 5 kilometer.
"Untuk orang sakit saja hanya ada satu puskesmas, di desa Sulaku. Kalau sakit di desa lain itu kami harus menggotong minimal 5 km untuk sampai di puskesmas. Di puskesmas juga perawatan kesehatan dan tenaga kesehatan terbatas," ungkap Freddy.
![]() |
Jika membutuhkan perawatan ke fasilitas rumah sakit, lanjut Freddy, maka harus menggunakan transportasi udara. Sementara jadwal terbang hanya sekali dalam sehari.
"Kalau terbang harus menunggu besoknya, bagaimana kalau ada yang gawat. Misalnya dia harus dibawa di bawah jam 1 siang, sudah tidak ada lagi penerbangan. Mesti tunggu besok. Ini kan terkait dengan nyawa manusia," tuturnya.
Warga Rampi Jadi Bahan Candaan Gubernur Sulsel
Freddy mengaku sudah sering "berteriak" kepada Pemerintah Luwu Utara maupun Dewan. Sayangnya teriakan tersebut hingga kini tidak mendapat respon. Justru menjadi candaan bagi Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.
"Kita sudah berapa kali berteriak ke Bupati Luwu Utara ibu Indah, kami minta perhatian untuk membangun infrastruktur berupa jalanan. Legislatifnya juga tidak bergerak," kata Freddy.
Awalnya Ia berharap mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi. Tidak sesuai harapan, Gubernur Sulsel justru menanggapinya dengan bercanda.
"Kenapa ada kata-kata memisahkan diri, kami butuh perhatian dari pak Gubernur. Tapi yang terjadi ketika pidato dalam acara resmi, malah pak Gubernur 'kalo perlu keluar dari Indonesia'. Ini amat sangat menyakitkan bagi kami," pungkas Freddy.
Gubernur Sulsel Bercanda Menyindir Agar Warga Keluar dari RI
Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman sebelumnya melayangkan candaan menyindir warga Kecamatan Rampi yang mengancam pindah ke Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) karena kondisi jalanan. Dia melontarkan penyataan candaan bahwa warga Rampi yang ingin keluar dari Sulsel sekalian keluar dari Republik Indonesia (RI).
Pernyataan itu disampaikan saat membawakan sambutan di Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Luwu Timur (Lutim) ke-19 pada Kamis (12/5/2022).
"Katanya ada yang mau keluar dari Sulawesi Selatan ini, kenapa tidak sekalian keluar dari Indonesia," kata Andi Sudirman dalam sambutannya.
Meski begitu, Andi Sudirman menjelaskan, dalam melakukan pembangunan di setiap daerah perlu melihat skala prioritas. Andi Sudirman mengatakan pembangunan didahulukan di lokasi-lokasi strategis dan penting.
"Cari yang strategis yang mana harus dibangun dan penting untuk dibangun. Karena kalau mau dibangun semua tidak mungkin, (jalan dari Rampi ke Masamba Lutra) 80 kilo kali 6 (lebar jalan), Rp 480 miliar," sebut Andi Sudirman.
Mengenai infrastruktur jalan di Rampi, Andi Suidrman mengaku sudah mengecek akses warga sejauh 80 kilometer untuk menuju kota Lutra di Masamba. Bahkan telah meminta TNI untuk membuka akses jalan untuk warga.
Menurutnya, akses jalan di Rampi sulit untuk dibuka. Karena memiliki struktur tebing di sepanjang jalan. Sehingga membuat kondisi tanah pada jalan tersebut labil.
"Tunggu dulu pak, rintisan jalan di wilayah lain oke, tapi di Rampi dibuka satu kilo tertutup satu kilo. Kenapa, karena labil," ujar Andi Sudirman mengulang jawaban pihak TNI.
Selanjutnya, dalam sambutan itu Andi Sudirman menginstruksikan Bupati Lutra Indah Putri Indriani membuat desain perencanaan pembangunan akses jalan untuk warga di Rampi. Langkah awal yang diharapkannya adalah penguatan struktur topografinya dahulu.
"Saya minta tadi (bupati) Luwu Utara, Ibu desain sekarang bagaimana penguatan tebing, bagaimana penguatan saluran dulu lah, baru kita mulai penguatan. Jangan dulu pikir aspalnya, saya lihat ini langsung roboh kemarin," imbuhnya.
(nvl/nvl)