Pesan ke Pusat, Ada Warga Bolmut Mau Jual Ginjal untuk Jembatan Mangkrak

Sulawesi Utara

Pesan ke Pusat, Ada Warga Bolmut Mau Jual Ginjal untuk Jembatan Mangkrak

Tim detikSulsel - detikSulsel
Kamis, 12 Mei 2022 09:15 WIB
Aksi protes warga yang mendesak pembangunan Jembatan Goyo di Sulut.
Foto: Aksi protes warga yang mendesak pembangunan Jembatan Goyo di Sulut. (Dok. Istimewa)
Bolmut -

Sejumlah warga di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Sulawesi Utara (Sulut) melakukan aksi protes dengan narasi ingin menjual ginjal untuk menuntaskan proyek Jembatan Goyo di Kecamatan Bolangitang Barat, tak kunjung dirampungkan. Proyek mangkrak 16 tahun ini pun dititip ke Pemerintah Pusat untuk diselesaikan.

Anggota DPRD Bolmut Suriansyah Korompot mengaku pihaknya akan menempuh langkah politik agar harapan warga didengar Pemerintah Pusat. Jembatan tersebut diharap diakomodir lewat APBN agar bisa berlanjut pembangunannya.

"DPRD akan melakukan langkah-langkah politik," kata Suriansyah saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (10/5).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembangunan Jembatan Goyo akan dititip lewat Badan Anggaran (Banggar) DPR RI. Suriansyah menyebutkan proyek itu akan diusul mendapatkan bantuan anggaran dari Pusat.

"Kita kan melakukan pressure melalui teman-teman di Badan Anggaran (Banggar) yang ada di DPR RI. Misalnya Fraksi PDIP menghubungi fraksinya, atau fraksi lainnya yang ada di pusat. Itu upaya politik yang kita lakukan," urai dia.

ADVERTISEMENT

Pasalnya dia tak menampik mangkraknya proyek jembatan itu lantaran kemampuan anggaran daerah terbatas. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolmut tak mampu menanggung biaya perampungannya secara keseluruhan jika mengandalkan APBD.

"Memang daerah terkendala pada sisi penganggaran, walaupun ada keinginan untuk membangun, tapi kan daerah terbatas depe (yang punya) anggaran," ungkap Suriansyah.

Dia juga meminta agar Pemkab Bolmut proaktif melakukan komunikasi dengan instansi/lembaga vertikal terkait. Walaupun dikatakan langkah ini sudah pernah ditempuh, namun masih perlu dikawal lagi.

"Langkah terbaik itu menyampaikan ke pusat melalui Balai Sungai. Memang Pemda sudah pernah melakukan itu, tapi mungkin follow up kurang," tutur dia.

Jual Ginjal Ungkapan Kekecewaan Warga Atas Jembatan Mangkrak

Aksi protes dengan narasi ingin menjual ginjal disampaikan sejumlah warga sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah yang abai terhadap Jembatan Goyo. Pembangunannya terhenti tanpa kabar kelanjutan selama 16 tahun terakhir.

"Soalnya jembatan som (belum) jadi. Soalnya so (sudah) 16 tahun mangkrak," beber warga yang juga terlibat dalam aksi protes, Alin Pangilama yang dihubungi detikcom, Senin (9/5).

Aksi protes tersebut digelar di jembatan yang berada di Desa Ollot II menuju ke Dusun Goyo Kecamatan Bolangitang Barat pada Jumat (6/5). Aksi ini sempat viral lewat foto yang tersebar di media sosial yang menampilkan foto yang bertuliskan, "Saya Mau Jual Ginjal untuk Pembangunan Jembatan Goyo".

Warga yang melakukan aksi protes juga memegang flyer bertuliskan, "Open Donasi Koin Untuk Pembangunan Jembatan Goyo". Postingan viral itu diunggah lewat akun bernama Alin Pangilama yang juga turut serta dalam aksi itu.

"Soalnya masyarakat kesulitan gara-gara ini (jembatan belum rampung). Jadi daripada nda jadi-jadi (jembatan) torang somo bajual ginjal (kita jual ginjal saja untuk bantu biaya pembangunan)," jelas Alin.

Pemkab Bolmut Akui Jembatan Goyo Butuh Biaya Besar

Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bolmut, Rudini Sumitro Masuara membantah pihaknya mengabaikan proyek Jembatan Goyo. Kelanjutan pembangunannya masih dikawal ke lembaga vertikal terkait Pemerintah Pusat agar proyek itu dibiayai APBN.

"Kita berupaya terus, kemarin juga 2021 kita (saya) dan pak wakil bupati ke balai. Kemarin juga kami sempat komunikasi juga. Bulan lalu kalau nggak salah kita buat lagi proposal," ungkap Rudini yang dihubungi, Selasa (10/5).

Dia beralasan APBD Pemkab Bolmut saat ini tidak mampu mengakomodir kelanjutan Jembatan Goyo. Apalagi proyek infrastruktur itu butuh biaya besar yang kebutuhannya ditaksir Rp 40 miliar lebih.

"Cuman anggarannya APBD tidak bisa, harus APBN. (Kebutuhan anggaran) besar Rp 40 miliar habis," keluhnya.




(sar/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads