Tanah retak sepanjang 2 kilometer dengan lebar hingga 30 cm dan kedalaman hingga 1 meter terjadi di Kampung Ratte, Desa Suppirang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Akibatnya, Seluruh warga di Kampung Ratte terpaksa harus mengungsi.
"Tadi pagi saya ke lokasi. Terjadi pergeseran (retak) tanah di satu kampung di Desa Suppirang. Kondisi sudah sangat parah. Kami sementara evakuasi semua warga di situ," ujar Camat Lembang, Muh Yusuf Nur kepada detikSulsel, Selasa (10/5/2022).
Yusuf menjelaskan kondisi retakan tanah sampai ke kolong rumah panggung milik warga serta satu bangunan sekolah dasar. Evakuasi warga dilakukan agar tidak ada korban jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah zona merah. Banyak rumah warga terdampak, makanya harus segera dievakuasi supaya tidak ada korban jiwa," paparnya.
Yusuf mengungkapkan sudah ada sekitar 20 KK yang mengungsi sementara ke kebun mereka. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya longsor yang dapat membahayakan keselamatan mereka.
"Ada sekitar 80 KK. Itu rencana kami mau evakuasi semua. Kita evakuasi di zona aman di kebun dan rumah kerabat mereka," jelasnya.
Yusuf mengatakan telah melaporkan kejadian ini kepada Bupati Pinrang, BPBD, Dinsos agar dapat segera menuju lokasi. Sebab, warga yang mengungsi butuh bantuan logistik.
"Kami sudah lapor ke pimpinan dan BPBD serta Dinsos agar menuju lokasi dan memberikan bantuan logistik ke warga," imbuhnya.
Retakan Tanah di Pinrang Muncul Mulai Dua Pekan Lalu
Yusuf mengatakan retakan tanah ini mulai muncul sejak dua pekan lalu, tetapi baru dilaporkan. Saat ini aparat desa terus melakukan pengawasan.
"Sudah dua minggu lalu muncul retakan tanahnya, kami baru dikabarkan tadi sehingga baru kami ikut cek. Baru sepekan ini membesar retakannya apalagi intensitas hujan cukup tinggi sepekan ini," paparnya.
Sementara itu, salah seorang Warga bernama Geral mengaku seluruh warga Kampung Ratte sangat khawatir dengan adanya retakan tanah tersebut. Bahkan, sejumlah warga telah meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi lebih dulu.
Geral mengungkapkan bahwa retakan tanah saling menyambung. Selain itu, retakan-retakan lain terus bermunculan kiang membuat warga setempat khawatir.
"Ini mendekati 2 km retakannya. Saling menyambung. Bermunculan juga setiap hari retakan-retakan yang lain. Itu membuat kami takut," ungkapnya.
Geral berharap pemerintah dapat segera turun tangan memberikan bantuan dan perhatian terhadap kondisi tersebut.
"Kami harap segara ada perhatian pemerintah. Sebenarnya kami takut tinggal di sini. Banyak warga yang telah meninggalkan rumah mereka. Takut melihat retakan tanah ini," paparnya.
Desa Suppirang Lokasi Tanah Retak Kawasan Rawan Longsor
Kepala BPBD Kabupaten Pinrang Mattalatta mengungkapkan Desa Suppirang, yang menjadi lokasi tanah retak memang berada di perbukitan. Lokasi ini merupakan kawasan rawan longsor. Meski begitu, ini pertama kalinya terjadi retakan tanah.
"Kalau longsor memang beberapa kali kejadian, baru kali ini ada retakan," bebernya.
Matalatta menjelaskan bahwa kondisi Desa Suppirang, memiliki konturnya perbukitan. Sehingga kondisi tanah miring dan rawan terjadi pergeseran tanah.
Dia pun meminta agar masyarakat waspada saat terjadi hujan dengan intensitas sedang dan tinggi. Karena risiko terjadi pergeseran tanah kian meningkat.
"Tanah memang labil di sana. Kita minta masyarakat agar waspada jika intensitas hujan sedang tinggi seperti sekarang ini," ujarnya.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pinrang, Jabir mengungkapkan intensitas hujan yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir mengakibatkan pengikisan tanah. Hal ini yang kemudian menyebabkan retakan pada tanah.
"Laporan awal yang masuk penyebab tanah retak yakni adanya hujan yang intens beberapa hari terakhir sehingga menyebabkan pengikisan tanah hingga akhirnya muncul retakan tanah," ungkapnya kepada detikSulsel, Rabu (11/5).
Rencananya BPBD bersama Bupati Pinrang akan mengunjungi lokasi menunjau kondisi Kampung Ratte. Selain itu, juga logistik untuk masyarakat terdampak.
"Besok kami akan ke sana membawa bantuan. Ada sekitar 80 KK yang terdampak," bebernya.
(nvl/nvl)