Curhat Petani Pinrang Gabah Dipotong Sampai 490 Kg Saat Jual ke Pedagang

Curhat Petani Pinrang Gabah Dipotong Sampai 490 Kg Saat Jual ke Pedagang

Muhclis Abduh - detikSulsel
Kamis, 12 Mei 2022 05:30 WIB
Petani di Pinrang yang akan menjual gabahnya wajib dipotong bobotnya hingga 10 kg jika ingin hasil taninya laku terjual di pedagang.
Petani di Pinrang yang ingin menjual gabah ke pedagang maka harus dipotong 10 kg. Foto: (dok. istimewa)
Pinrang -

Pemotongan bobot timbangan gabah mulai dari 7 kg hingga 10 kg oleh pedagang perantara di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) membuat petani meradang. Kondisi itu salah satunya dialami petani bernama Faisal.

"Waktu saya jual gabah dipotong 7 kg per karung. Kami tidak tahu juga mengapa bisa setinggi itu potongannya," ujar Faisal saat ditemui detikSulsel di Pinrang, Rabu (11/5/2022).

Faisal mengelola sawah milik orang lain. Luas sawah yang dikelolanya sekitar 1,5 hektare. Ia pun sempat panen sebanyak 70 karung gabah beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi saya kan petani penggarap, jadi bagi dua hasil 70 karung atau hanya dapat 35 karung saja," tuturnya.

Selain harus berbagi hasil dengan pemilik lahan, ia juga terpaksa harus merelakan bobot timbangan gabahnya dipotong. Dari 70 karung gabah hasil panen, semua dipotong 7 kg sehingga totalnya mencapai 490 kg.

ADVERTISEMENT

Sementara, nilai jual per 1 kg gabah dihargai sebesar Rp 4.300. Dengan demikian, total potongan dari 490 kg gabah senilai Rp 2.107.000 yang masuk ke kantong pedagang perantara.

Ayah empat orang anak ini pada setiap kali panen biasaya mendapat Rp 30 juta. Hasil itu kemudian dibagi dua dengan pemilik lahan sehingga hanya menerima sekitar Rp 15 juta pada setiap panennya. Itu belum termasuk biaya operasional yang harus dibayar.

Ongkos lain yang dia harus tanggung antara lain sewa traktor, ongkos tanam padi, dan ongkos pestisida. Jika ditotal biaya pemeliharaan, total ia mengaku mengeluarkan sampai Rp 5 juta dalam setiap empat bulan masa panen.

Sehingga, secara bersih Faisal hanya bisa menerima Rp 10 juta untuk setiap kali panen. Uang sebesar itu harus ia hemat, sebab dipakai untuk empat bulan menunggu panen berikutnya.

"Saya punya empat orang anak. Semuanya sekolah. Hasil panen segitu saja, sedangkan biaya sekolah dan hidup makin besar," keluh Faisal dengan suara sesak.

Faisal Keluhkan Pemotongan Terlalu Besar

Terkait pedagang perantara, laki-laki berusia 40 tahun ini mengaku pada dasarnya tidak terlalu mempermasalahkan. Hanya saja menurut dia potongan gabah jangan terlalu besar.

"Mereka (pedagang perantara) ini juga cari makan. Kita berbagi rezeki lah. Tapi itu jangan besar sekali dipotong kasihan," harapnya.

Belum lagi menurut dia, bisa saja timbangan yang digunakan pedagang perantara tersebut telah dimodifikasi. Jika saat penimbangan sudah dikurangi bobotnya, ditambah timbangan yang dicurangi, maka petani semakin merugi.

"Bagaimana kalau timbangan dimodifikasi tidak sesuai aslinya. Kalau dipotong 7 kg, terus timbangan juga dimodifikasi kan artinya bisa lebih 7 kg terpotong," keluhnya.




(asm/nvl)

Hide Ads