Polisi kini mulai menelusuri siapa pemilik gedung kosong bekas sekolah diduga sebagai tempat praktek santet di Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Pihak kepolisian sementara mencari tahu keberadaannya.
"Masih kita selidiki pemilik sekolah dulu. Nah, belum tentu juga pemilik sekolah yang melakukan. Bisa saja orang lain gunakan tidak bilang-bilang. Kami masih selidiki itu," ujar Kapolsek Turikale Kompol Ridwan S saat dimintai konfirmasi detikSulsel, Minggu (10/4/2022).
Menurut Ridwan gedung itu sudah cukup lama tidak lagi difungsikan. Berdasarkan informasi awal yang ia terima gedung itu dulunya merupakan sekolah kesehatan milik swasta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang jelasnya kita polisi tindakannya kita selidiki terutama dulu kita dari pemilik itu dulu sekolah. Bisa saja orang lain menggunakan tempat kosong karena sekolah kosong," ucap Ridwan.
"Kita tidak bisa berkesimpulan dulu. Yang kedua juga masyarakat belum melapor. Kalau melapor pengaduan di Polsek, di Polres kita tetap terima pengaduan baru melakukan penyelidikan," sambungnya.
Ridwan menegaskan dalam proses penyelidikan belum bisa disimpulkan apakah gedung kosong itu digunakan untuk praktik ilmu hitam atau tidak. Apalagi belum ada saksi yang diperiksa.
"Tetap polisi mengambil tindakan. Hanya kita kendalanya kan menyelidiki dulu. Tidak bisa berkesimpulan apakah itu peruntukan untuk sesajen apakah aliran sesat. Itu belum bisa sebelum memeriksa semua saksi-saksi," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, polisi turun tangan menyelidiki gedung kosong yang diduga sebagai tempat santet tersebut. Gedung itu kini sudah dipasangi garis polisi.
"Semalam ada laporan berkumpul lagi masyarakat di sekolah (gedung kosong). Jadi anggota ke sana untuk cek untuk police line saja," ujar Kapolsek Turikale Kompol Ridwan S saat dimintai konfirmasi detikSulsel, Minggu (10/4).
Ridwan mengatakan gedung kosong yang berada di Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale tersebut sengaja diberi garis polisi agar warga tidak masuk ke area lokasi. Sebab dikhawatirkan ada oknum yang merusak barang-barang di dalam gedung dan menimbulkan persoalan baru.
"Di police line saja supaya warga tidak merusak barangnya orang. Karena merusak juga pidana itu. Jadi kita polisi di tengah-tengah," ungkapnya.
Diketahui, penggerebekan gedung kosong itu dilakukan warga pada Kamis malam (7/4). Warga menduga gedung itu digunakan sebagai tempat prakek santet karena ditemukan sejumlah barang-barang mencurigakan.
"Masyarakat masuk didapati ada bossara (tudung saji), baju bodo (pakaian adat), alat-alat adat," kata Lurah Taroada Wahyudi kepada detikSulsel, Sabtu (9/4).
Menurut Wahyudi, pihaknya belum dapat mengkonfirmasi kebenaran tudingan warga jika gedung tersebut dijadikan tempat santet. Salah satu yang dilakukan Wahyudi adalah menghubungi pemilik gedung.
Dia menambahkan, bisa jadi peralatan adat yang ditemukan itu merupakan barang pribadi pemilik gedung. Sementara terkait sejumlah foto yang diduga warga sebagai korban santet, Wahyudi mengatakan foto-foto itu bisa jadi juga barang pribadi.
"Mestinya dikonfirmasi dulu sama yang punya, jangan sampai itu barang-barang pribadi, cuma masyarakat telanjur penasaran mereka masuk dan seperti mungkin dia lihat di TV ada foto maka mereka menjustifikasi seperti itu," kata Wahyudi.
"Saya belum tahu saat ini alasan warga sehingga itu dikatakan santet, mungkin karena sering lihat di TV ada foto. Tapi kalau si lihat Suku Bugis normal ada bossara ada baju bodo. Yang punya kan orang Soppeng, umum," sambungnya.
(asm/sar)