Pengamat Unhas Nilai Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Dihentikan Jaminan NATO

Pengamat Unhas Nilai Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Dihentikan Jaminan NATO

Andi Nur Isman - detikSulsel
Jumat, 25 Feb 2022 17:00 WIB
View of a building damaged following a rocket attack the city of Kyiv, Ukraine, Friday, Feb. 25, 2022. (AP Photo/Emilio Morenatti)
Foto: Dampak penyerangan Rusia di Ukraina. (AP/Emilio Morenatti)
Makassar -

Invasi Rusia ke Ukraina dinilai bisa berakhir bila ada jaminan dari Organisasi Pertahanan Militer Atlantik Utara (NATO) dan juga Ukraina. Terutama jaminan Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO.

"Rusia motifnya kenapa? Rusia kan motifnya karena merasa tidak aman kalau Ukraina menjadi bagian dari pengaruh barat, khususnya NATO. Apalagi kalau jadi anggota NATO," ucap Pengamat Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin (Unhas), Agussalim Burhanuddin kepada detikSulsel, Jumat (25/2/2022).

Pada 2021 lalu Presiden Rusia Vadimir Putin pernah meminta kepada NATO untuk memberi jaminan bahwa tidak akan menerima Ukraina dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya masuk ke NATO. Hanya, kala itu NATO menolak permintaan Putin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini kemudian membuat Rusia mengambil tindakan dengan mulai membantu pemberontakan di wilayah timur Ukraina, dan kemudian mengumumkan invasi militer.

"Kalau kita memahami ini maka kita akan berpikir bahwa solusinya bisa dilakukan kalau NATO memberi jaminan bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO. Atau Ukraina membuat pernyataan resmi bahwa dia tidak akan bergabung ke NATO," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Model seperti itu sama seperti yang terjadi pada 1962 silam kala Presiden Uni Soviet menempatkan rudal nuklir di Kuba, yang berkonflik dengan Amerika Serikat. Kemudian Amerika Serikat merasa terancam sehingga memberikan jaminan.

"Nah solusi yang sama mungkin bisa dipakai kalau seandainya ada yang bisa memberikan jaminan bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO kemudian Rusia harus menarik pasukannya. Itu solusi yang bisa diterima banyak pihak untuk saat ini," paparnya.

Sebelumnya diberikan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan perang dengan Ukraina, dan dinilai akan memancing keterlibatan Organisasi Pertahanan Militer Atlantik Utara (NATO). Kondisi itu dinilai akan memicu perang nuklir yang membahayakan dunia.

"Dampak yang paling buruk adalah ini bisa mengarah kepada konflik global jika terdesak. Kemudian memancing keterlibatan NATO dan Rusia," ujar Pengamat Hubungan Internasional (HI) Universitas Hasanuddin (Unhas), Agussalim Burhanuddin, kepada detikSulsel, Kamis (24/2).

Sementara itu, serangan Rusia ke Ukraina masih terus berlanjut. Kabar terbaru, serangan roket menghantam Kiev, ibu kota Ukraina pada Jumat (25/2) dini hari waktu setempat. Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba mengutuk serangan Rusia tersebut.

"Serangan roket Rusia yang mengerikan di Kiev," tulis Kuleba di Twitter seperti diberitakan AFP, Jumat (25/2).

"Terakhir kali ibu kota kita mengalami hal seperti ini pada tahun 1941 ketika diserang oleh Nazi Jerman. Ukraina mengalahkan kejahatan itu dan akan mengalahkan yang ini," tulisnya.

Berita selengkapnya terkait serangan Rusia ke Ukraina silakan kunjungi detiknews; Invasi Rusia ke Ukraina




(asm/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads