Membangun rumah ramah lingkungan bisa menjadi upaya masyarakat berkontribusi untuk mencegah kerusakan alam. Konsep ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya dengan bijak memilih bahan bangunan.
Arsitek Denny Setiawan mengatakan menggunakan bahan daur ulang adalah salah satu cara untuk membuat rumah ramah lingkungan. Ia mengaku pernah menggunakan styrofoam sebagai bahan membuat dinding dalam sebuah proyek pembuatan rumah ramah lingkungan.
"Saya mendapatkan material styrofoam yang berasal dari material daur ulang, sampah kita. Dan ternyata styrofoam ini sendiri adalah insulator dari panas," ujar Denny kepada detikcom belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Styrofoam yang digunakan dalam konstruksi bangunan ini disebut Expanded Polystyrene (EPS) panel. Bahan ini berfungsi sebagai pengganti batu bata, sehingga dapat digunakan untuk membuat dinding rumah.
Denny menjelaskan pemakaian EPS panel atau Styrofoam sebagai bagian tengah tembok rumah. Lalu, menggunakan kawat ayam sebagai elemen perekat semen. Kemudian, dilakukan semprot atau kamprot pada kedua sisi, sehingga menjadi tembok..
"Jadi itu dia (dinding dari styrofoam) udah punya kekuatan sendiri. Dan itu sudah dites di beberapa negara kadar kekuatannya cukup baik," ungkapnya.
Lalu, apa saja manfaat menggunakan styrofoam sebagai bahan baku tembok? Berikut penjelasannya.
Manfaat Styrofoam buat Dinding Rumah
1. Lebih Hemat Biaya
Menurut Denny, styrofoam daur ulang ini bisa membuat biaya bahan bangunan tembok menjadi lebih hemat. Dengan begitu, dana yang bisa disisakan tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan lainnya.
2. Bisa Menghalau Panas
Styrofoam daur ulang tak hanya ramah lingkungan, melainkan juga berfungsi sebagai menghalau panas masuk ke dalam rumah. Kalau rumah terasa adem, tentu bisa meminimalisir penggunaan AC, bukan?
"Styrofoam sendiri secara penelitian mampu menurunkan secara pasif 3 derajat (selsius) suhu udara dibandingkan dinding konvensional," imbuhnya.
3. Lebih Tahan Gempa
Terpisah, pemilik rumah yang menggunakan tembok dari styrofoam, Yensen Aliamin mengatakan metode pembuatan tembok ini mampu meminimalisir retakan akibat gempa bumi. Pasalnya, dinding dari styrofoam memakai sambungan kawat yang menyatukan getaran rumah secara serentak.
"Teknologi styrofoam ini ternyata karena dia pakai kawat-kawat, jadi kawat-kawat itu tembok sama tembok dan segalla macam semuanya diikat. Karena diikat, pada waktu gempa, satu rumah itu goyangnya bersamaan. Bahayanya itu kalau gempa satu tembok itu bergetarnya beda dari yang lain, sehingga akan retak dari ujung ke ujung," paparnya.
4. Bangun Rumah Lebih Cepat
Selain itu, dinding dari styrofoam juga membuat struktur bangunan lebih ringan. Oleh karena itu, bangunan rumah tidak memerlukan fondasi dan kolom terlalu besar. Proses pembangunan rumah pun menjadi lebih cepat.
"Kalau mau bikin tembok karena kita sudah pakai kayak wafer gitu, tinggal beli (bahan), pasang-pasang, diikat, baru disemenin, cepat sekali. Kalau mau bikin satu panel (atau) satu tembok, bikin dulu satu tembok, setelah itu (setelah) kita pikir-pikir 'kayaknya mau bikin jendela di sini'. Gampang, tinggal dipotong pake gerinda, dibikin aja kotak. Cuma potong kawat dan styrofoam," ucapnya.
Bahkan, Yensen mengatakan pembangunan rumahnya hanya memakan waktu 3 bulan hingga ada bentukan rumah.
(dhw/dna)