Sofa merupakan salah satu furniture yang kerap ditemukan di rumah. Biasanya, sofa suka dipakai untuk bersantai saat kumpul keluarga.
Siapa sangka ternyata benda yang sering ditemukan di rumah ini memiliki sejarah panjang yang dulunya hanya bisa dipakai oleh bangsawan atau orang kaya saja. Mau tau lebih banyak informasi mengenai sejarah sofa? Yuk simak informasinya.
Sejarah Sofa
Dilansir dari Styylish, kata 'sofa' berasal dari Mesir Kuno sekitar 2000 SM. Kata ini berasal dari bahasa Arab 'suffah' yang berarti bangku. Kala itu, sofa hanya bisa dibeli oleh kaum bangsawan.
Orang Yunani dan Romawi kelas atas juga menggunakan sofa, yang menyerupai kursi malas sehingga dapat bersandar sepenuhnya. Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi pada abad ke-5, selama hampir 1.000 tahun pada periode Abad Pertengahan, sofa menjadi tidak lebih dari sekedar bangku sederhana.
Rumah pada abad pertengahan tidak memiliki ruang tamu. Rumah-rumah pada masa itu memiliki satu ruang terbuka untuk orang-orang berkumpul di atas bangku kayu dan meja.
Pada akhir periode Elizabethan (1558-1603), kain pelapis menggeser popularitas material kayu dan batu yang berjaya pada periode Gothic. Seiring dengan berkembangnya zaman, kain pelapis tidak hanya digunakan di dinding dan karpet tapi juga pada tempat duduk.
Para pembuat furniture mengisi bantalan sofa pertama dengan bahan-bahan seperti bulu kuda, jerami, atau lumut kering. Desainer Italia menambahkan sandaran dan lengan pada kursi, sehingga kursi menjadi lebih nyaman.
Lord Philip Stanhope, Earl of Chesterfield keempat (1694-1773), memainkan peran besar dalam pengembangan sofa selama masa Restorasi. Ia menginginkan jenis furniture yang memungkinkan orang duduk tanpa membuat pakaian mereka kusut dan menamakannya chesterfield.
Model pertama terbuat dari kulit, dilengkapi pelapis berkancing, dan sandaran lengan yang digulung. Tinggi sandaran dan sandaran lengan sama sehingga yang menggunakannya dapat duduk dengan tenang dan nyaman tanpa merusak pakaian.
Pemerintahan Louis XIV (1643-1715) dan Louis XV (1715-1774), merevolusi budaya Prancis hingga ke produksi furniturenya. Pada masanya, sofa mewujudkan kenyamanan dan estetika. Bangsawan Prancis menghargai kemewahan dan kenyamanan fisik, maka dari itu banyak perajin yang membuat sofa.
Abad ke-18, Thomas Chippendale membuat desain yang memadukan keindahan dan tujuan. Ia menyukai kursi yang dalam sehingga bisa berfungsi ganda sebagai tempat tidur jika diperlukan. Pada masa inilah sofa tidak hanya menjadi barang mewah tapi suatu keharusan di rumah.
Salah satu alasan banyak orang yang bisa membeli sofa adalah karena pada masa Revolusi Industri (1760-1840), harga furniture jadi lebih murah karena harga materialnya jatuh, ditambah lagi kuantitasnya banyak.
Penemuan baru seperti mesin jahit, produksi massal, dan adanya per di dalam sofa meningkatkan kenyamanan tetapi harganya tetap rendah.
Pada awal abad ke-20, banyak keluarga kelas menengah yang bisa membeli sofa. Desain sofa jadi tidak terlalu dihiraukan dan jadi lebih fungsional. Pada abad ke-21, sofa terus mengalami perubahan dan beradaptasi sesuai tuntutan masyarakat yang dibutuhkan.
Kini sofa semakin sering ditemukan di rumah. Desainnya juga semakin beragam, mulai dari yang polos hingga edisi terbatas. Bahan yang digunakan juga beragam, mulai dari katun hingga kulit.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/das)