PT Modernland Realty Tbk. memaparkan perkembangan bisnis hingga September 2025 dalam Pemaparan Publik Tahunan (Public Expose) yang digelar di Tangerang. Dalam paparan tersebut, manajemen menyoroti kondisi sektor properti nasional, kinerja keuangan perseroan, serta peran kawasan industri sebagai penopang utama di tengah perlambatan penjualan hunian.
Direktur Utama Modernland Realty William Honoris mengatakan sektor properti sepanjang 2025 masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketidakpastian global hingga penyesuaian daya beli masyarakat. Meski begitu, ekonomi nasional dinilai tetap cukup resilien.
"Pada kesempatan ini, Perseroan menyampaikan capaian kinerja hingga September 2025 serta berbagai tantangan makro ekonomi yang berdampak pada sektor properti nasional," ujar William Honoris dalam keterangannya, Sabtu (13/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 tercatat sebesar 5,04% secara tahunan. Menurut William, konsumsi domestik dan investasi yang terjaga menjadi faktor penting bagi keberlangsungan sektor properti.
Dari sisi kebijakan, pemerintah juga masih memberikan stimulus melalui perpanjangan insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk rumah hingga Rp5 miliar. Kebijakan tersebut dinilai membantu menjaga minat beli di segmen hunian tertentu.
Hunian Masih Selektif, Penjualan Mulai Menguat
Sepanjang 2025, Modernland tetap meluncurkan sejumlah produk hunian baru, di antaranya Tipe Alder di Waterfront Residence, Kota Modern, serta Cluster Florence Village di Jakarta Garden City. Produk tersebut menyasar segmen menengah hingga menengah atas yang dinilai masih memiliki permintaan meski pasar relatif selektif.
Direktur Modernland Realty Sami Veikko Tapio Miettinen mengungkapkan, hingga kuartal III-2025 perseroan mencatatkan marketing sales sebesar Rp1,32 triliun atau sekitar 71% dari target penjualan non-bulk.
Segmen residensial dan komersial membukukan penjualan Rp610 miliar, sedikit turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, penjualan pada kuartal III-2025 menunjukkan perbaikan signifikan dengan lonjakan hampir dua kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya.
Kontribusi terbesar masih berasal dari proyek Jakarta Garden City, disusul Kota Modern dan Modernland Cilejit. Sementara itu, segmen hospitality mencatatkan kontribusi Rp131 miliar, relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya.
Kawasan Industri Jadi Motor Utama
Di tengah pasar hunian yang masih selektif, kawasan industri menjadi penopang utama kinerja Modernland. Direktur Modernland Pascall Wilson menyebut kawasan industri ModernCikande mencatatkan penjualan bersih Rp575 miliar hingga kuartal III-2025, melonjak tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Permintaan lahan industri terutama datang dari sektor mesin dan peralatan, tekstil dan garmen, serta farmasi. Mayoritas tenant berasal dari Tiongkok, seiring meningkatnya minat relokasi dan ekspansi industri manufaktur ke Indonesia.
Saat ini, kawasan industri ModernCikande dihuni lebih dari 300 tenant dari berbagai sektor. Penggunaan lahan terbesar masih didominasi industri pengolahan makanan, disusul sektor kimia dan pengolahan baja.
Perseroan juga tengah mengembangkan tahap lanjutan kawasan industri dengan konsep smart-eco industrial park. Ke depan, pengembangan kawasan industri berteknologi tinggi, industri halal, serta pusat logistik regional juga tengah dijajaki, termasuk peluang di wilayah timur Jakarta yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan signifikan.
Laba Berbalik Positif
Dari sisi keuangan, Direktur Modernland Realty Fetrizal Bobby Heryunda menyampaikan perseroan membukukan pendapatan Rp703,43 miliar hingga kuartal III-2025, turun tipis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski demikian, laba usaha melonjak signifikan menjadi Rp731,61 miliar, sementara laba bersih tercatat Rp444,60 miliar. Kinerja ini berbalik positif dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan rugi bersih.
Manajemen menilai kontribusi kawasan industri berperan besar dalam perbaikan kinerja keuangan perseroan di tengah kondisi pasar properti yang belum sepenuhnya pulih.
(das/das)










































