Pentingnya Sustainable Housing, Gaya Kemewahan atau Memang Memberi Manfaat?

Pentingnya Sustainable Housing, Gaya Kemewahan atau Memang Memberi Manfaat?

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Senin, 17 Nov 2025 15:45 WIB
Warga bersama aktivis lingkungan Greenpeace Indonesia memasang instalasi panel surya untuk pompa air di Dukuh Timbulsloko yang terkepung air laut akibat terdampak penurunan tanah disertai kenaikan air laut di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (12/6/2023). Bantuan pompa air berkekuatan 3.500 liter per jam bertenaga panel surya berkapasitas 3.200 watt peak melalui program Penggalangan Dana Masyarakat Alirkan Harapan Untuk Timbulsloko itu untuk mengaliri kebutuhan air bersih 138 kepala keluarga dan empat rumah ibadah yang dapat menghemat biaya konsumsi listrik kampung tersebut hingga sekitar Rp2.500.000 per bulan, serta sebagai kampanye penggunaan energi terbarukan yang hemat dan ramah lingkungan sekaligus mencegah krisis iklim. ANTARA FOTO/Aji Styawan/rwa.
Ilustrasi rumah dengan panel surya. Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jakarta -

Akhir-akhir ini sadar kan kalau cuaca lagi nggak menentu, kadang panas, kadang hujan, berangin pula. Banyak yang menyebut ini sebagai tanda-tanda perubahan iklim ekstrem.

Padahal sudah sejak lama gerakan ramah lingkungan didorong dalam berbagai jenis kegiatan, seperti mengurangi penggunaan plastik, beralih ke kendaraan listrik, hingga penghematan energi. Bahkan saat ini sektor properti juga sudah menaruh perhatian serius akan hal ini dengan mendorong pembangunan rumah yang berkelanjutan (Sustainable Housing).

Kita tidak bisa menampik bahwa betapa pentingnya melibatkan sektor ini dalam kampanye berkelanjutan. Sebab, setiap tahun pembangunan terus dilakukan untuk memenuhi permintaan masyarakat untuk mendapatkan hunian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di satu sisi, sektor ini merupakan salah satu penyumbang jejak karbon. Hal ini diungkapkan dalam artikel jurnal karya Edi Nurtjahjadi yang berjudul Pahami Jejak Karbon Anda dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam dan Sesama. Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa jejak karbon dihasilkan selama pembangunan, pemeliharaan, dan operasi bangunan.

Langkah nyata harus segera diambil untuk mengurangi produksi jejak karbon tersebut. Salah satu caranya adalah membeli rumah yang bersertifikat hijau dan mendukung para pengembang yang saat ini mendorong tersedianya rumah yang berkelanjutan tersebut.

ADVERTISEMENT

Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat menjelaskan ciri-ciri rumah berkelanjutan yang ramah lingkungan di antaranya memiliki sirkulasi udara yang baik, penggunaan cahaya alami agar lebih hemat energi, menyediakan ruang terbuka biru (RTB) yang berfungsi untuk menyerap air hujan yang dapat diolah kembali untuk kebutuhan cluster, dan masih banyak lagi.

Cara lainnya untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari properti adalah beralih dari pemakaian listrik dan air secara berlebihan. Pemakaian panel surya bisa mengurangi pemakaian listrik dan membuat sistem daur ulang air untuk digunakan di luar keperluan konsumsi.

Lantas, jika rumah dibuat dengan segala inovasi dan teknologi ramah lingkungan seperti itu, apa nggak bikin harga rumah jadi tambah mahal?

Eits tenang, inovasi seperti akses ventilasi silang, akses pencahayaan alami, hingga daur ulang air sebenarnya tidak akan membuat harga rumah naik gila-gilaan. Mungkin penambahan panel surya bisa mempengaruhi harga rumah, tetapi di satu sisi keberadaan teknologi ini bisa menambah nilai properti lho. Sebab, saat ini tidak semua rumah memiliki teknologi ini dan penggunaan panel surya juga bisa menekan biaya listrik per bulan. Jadi, jauh lebih hemat.

Gencarnya pengembang mendorong pengadaan rumah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, ternyata juga mendapat dukungan dari pemerintah lho. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2023-2024 lalu telah mengeluarkan program khusus bernama Indonesia Green Affordable Housing Program (IGAHP).

IGAHP mencakup adaptasi, mitigasi, sertifikasi, serta pembiayaan perumahan hijau atau ramah lingkungan yang memungkinkan Indonesia mencapai target emisi nol karbon (net zero emission) untuk sektor perumahan pada tahun 2050.

Dipastikan bahwa adanya konsep rumah yang berkelanjutan ini merupakan langkah yang tepat untuk melindungi bumi. Namun, konsumen juga harus hati-hati soal proyek greenwashing yang kerap menyamar di balik embel-embel rumah berkelanjutan. Praktik greenwashing sendiri adalah tindakan pengembang atau perusahaan yang diduga tidak serius menepati komitmennya untuk mengatasi persoalan limbah atau praktik berkelanjutan ini.

Bisa jadi pengembang tersebut menawarkan rumah dengan iming-iming sustainable housing, tapi ternyata hanya taktik marketing saja biar produknya laku. Jadi kita sebagai konsumen juga harus pintar-pintar membedakan mana rumah yang memang sudah sustainable housing dan yang bukan.

Bahasan seputar sustainable housing ini tentu lebih luas daripada penjelasan di atas. Nah, jika masih penasaran soal sustainable housing, bahasan ini bakal dikupas abis di Podcast Ruang Ratih dari Semen Merah Putih yang tayang mulai 14 November 2025 hanya di youtube Semen Merah Putih.




(aqi/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads