Ruang perkantoran di Jakarta pada kuartal III ini perlahan sudah menunjukkan peningkatan okupansi. Harga sewa kantor premium pun mulai meningkat.

Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan ruang perkantoran Jakarta di Central Business District (CBD) memiliki tren yang lebih positif. Sementara itu, kawasan di luar CBD masih stabil.

"Tingkat hunian di CBD itu kalau dibandingkan dengan tahun 2024 itu sudah mulai bergerak, walaupun tidak banyak, tapi sudah bergerak ke angka 75,3 (persen). Dan ini sesuatu yang sebenarnya cukup positif," ucap Ferry dalam Colliers Virtual Media Briefing Q3 2025, Rabu (1/10/2025).

Dari segi harga sewa, gedung premium dengan tingkat hunian yang sehat mulai meningkatkan tarifnya. Untuk gedung kelas A relatif lebih stabil, sedangkan gedung kelas C sudah mulai naik. Lalu, gedung kelas B justru ada sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pemilik gedung secara umum masih terus memberikan paket sewa dan insentif menarik untuk menarik tenant. Sebab, tingkat persaingannya masih terbilang tinggi.

"Selisih antara harga yang ditawarkan dengan harga yang ditransaksikan itu semakin mengecil. Kalau waktu zaman COVID lalu sampai beberapa tahun setelahnya kita memang masih melihat bahwa harga penawaran itu dengan harga transaksi itu perbedaannya cukup besar," jelasnya.

Ferry memproyeksikan harga sewa perkantoran akan bertumbuh sekitar 2-3 persen. Kenaikan terutama pada gedung kelas atas yang rata-rata tingkat okupansinya relatif lebih tinggi dibandingkan gedung kelas bawah. Lalu, ada antisipasi biaya pemeliharaan atau service charge akan naik tahun depan karena ada kemungkinan biaya operasional semakin tinggi.

Untuk transaksi strata title atau gedung kantor yang dijual, belum ada perubahan yang signifikan. Secara umum, pasar sekunder masih menarik bagi calon pembeli. Tenant pun lebih memilih untuk menyewa daripada beli ruang perkantoran.

Lebih lanjut, Ferry mengatakan perusahaan multinational cenderung mencari gedung perkantoran yang sudah bersertifikasi green building. Sertifikasi tersebut menjadi syarat dari perusahaan.

Kemudian sektor-sektor yang secara aktif mencari ruang kantor di antaranya dari sektor teknologi, pertambangan, energi, serta berhubungan dengan layanan finansial. Umumnya, permintaan tersebut didominasi oleh kegiatan relokasi, perpindahan kantor dari gedung lama ke gedung yang baru, ataupun mereka yang berekspansi.

Selain itu, preferensi tenant juga masih memprioritaskan lokasi kantor yang dekat dengan layanan transportasi umum. Aspek tersebut menjadi daya tarik bagi calon penyewa.

Dari segi pasokan baru, kawasan luar CBD diperkirakan sekitar 125.000 meter persegi. Total pasokan ruang kantor di Jakarta 11,4 juta meter persegi. Namun, tingkat kekosongan gedung kantor masih di atas 2 juta meter persegi.

Sementara itu, pasokan untuk kawasan CBD sudah sangat terbatas. Bahkan, dari 2024 sampai tahun 2027 tidak ada pasokan baru.

"Pengembang ini masih menahan diri dan terus memantau pertumbuhan permintaan sebelum mereka memutuskan untuk membangun gedung-gedung kantor yang baru," tuturnya.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini