Viral Rumah 'Dimakan Tanah' di Bekasi: Ambles 1 Meter-Sering Kebanjiran

Round Up

Viral Rumah 'Dimakan Tanah' di Bekasi: Ambles 1 Meter-Sering Kebanjiran

ilham fikriansyah - detikProperti
Sabtu, 09 Agu 2025 09:06 WIB
Pemandangan tak biasa terlihat di sebuah rumah kontrakan yang berada di RT 01/RW 08, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Jawa Barat. Rumah milik Wasmo, seorang warga setempat, tampak seperti β€˜dimakan tanah’ karena sudah ambles hingga sedalam satu meter.
Rumah Wasmo yang ambles hingga sedalam satu meter di Bekasi. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Ketika ada rumah ambles, tentu pemilik rumah harus segera pergi sebelum roboh dan menimbulkan korban jiwa. Namun lain halnya dengan Wasmo, ia tetap tinggal di sebuah rumah ambles bak 'dimakan tanah'.

Rumah ambles itu berlokasi di RT 01/RW 08, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Jawa Barat. Dilihat dari luar, rumah tersebut tampak berbeda dari hunian pada umumnya karena seolah tenggelam ke dalam tanah.

Wasmo menempati rumah ambles itu bersama istri, Maryani, dan kedua anak perempuannya. Rumah itu pun juga bukan miliknya, melainkan sebuah kontrakan yang ia sewa dengan biaya Rp 200.000 per bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah Terus Ambles Setiap Tahun

Saat ditemui tim detikProperti, Wasmo bercerita jika sudah menghuni rumah tersebut selama 10 tahun. Awalnya rumah itu tampak normal dan belum ambles, tapi sudah ada tanda-tanda yang menunjukkan terjadi penurunan.

Meski rumah tersebut ambles, sang pemilik kontrakan tidak mau melakukan renovasi besar-besaran. Wasmo berujar hanya bagian lantai saja yang ditinggikan sekitar 50 cm agar saat banjir tidak merendam seluruh rumah.

ADVERTISEMENT

Wasmo mengatakan rumah tersebut telah dibangun sejak 1980-an di atas tanah bekas rawa. Sebelum ditempati olehnya, sudah ada 2-3 orang lain yang telah mengontrak di rumah itu.

Rumah yang jarang direnovasi membuat Wasmo harus putar otak agar tempat tinggalnya tetap nyaman, meski ada rasa khawatir tiba-tiba roboh suatu saat. Kini, ia melakukan renovasi kecil-kecilan dengan mengganti pintu rumah karena sudah lapuk akibat terendam banjir.

Selain itu, Wasmo juga beberapa kali mengganti atap genteng yang bocor secara mandiri. Seluruh kegiatan renovasi tersebut juga dilaporkan kepada pemilik kontrakan agar mereka tahu.

"Saya sendiri udah beli pintu lagi bekas orang kompleks. Ini tadi pintu rumahnya juga cakep, tapi hancur karena lapuk. Tapi kita selalu ngomong ke yang punya kontrakan, paling dia ngomong 'oh yaudah gapapa' gitu," kata Wasmo kepada detikcom, Rabu (6/8/2025).

Tak Punya Uang untuk Pindah Kontrakan

Bagi Wasmo, tinggal di rumah ambles bukanlah suatu pilihan, tapi karena terpaksa. Ia harus ikhlas menghuni rumah tersebut karena tak punya uang untuk pindah ke kontrakan yang baru.

Profesi Wasmo hanya seorang kuli bangunan harian. Jika tak ada panggilan pekerjaan maka ia tidak mendapatkan uang. Maka dari itu, ia terkadang menunggak bayar sewa kontrakan karena sama sekali tak punya uang.

Beruntung, si pemilik kontrakan memahami kondisi keuangan keluarga Wasmo. Mereka memaklumi jika Wasmo tidak mampu bayar uang sewa kontrakan karena isi dompetnya kosong.

"Kalau yang punya (kontrakan) enak orangnya. Walaupun ini sudah telat bayar kontrakan sampai 2-3 bulan, pas dia datang kita bilang lagi nggak ada (uang) nggak apa-apa, nggak kayak yang lain-lain. Intinya kita ngomong," ujarnya.

Rumah Sering Kebanjiran, Bahkan Pernah Sampai Atap

Salah satu masalah besar yang sering dihadapi Wasmo dan keluarga adalah banjir. Fondasi rumah yang sudah ambles membuat air lebih mudah masuk ke dalam rumah. Di tambah lagi di sekeliling rumah tersebut tak ada saluran air sehingga air bisa menggenang ketika hujan.

Saat hujan dengan intensitas kecil atau sedang, Wasmo tak khawatir karena jumlah air yang masuk ke dalam rumah tidak banyak. Namun, lain cerita jika sudah hujan deras dan berlangsung selama berjam-jam. Wasmo dan istri harus sampai tak bisa tidur karena harus memantau situasi air yang masuk.

"Kalau hujan deras tuh bisa banjir hingga sepinggang (orang dewasa). Tapi kalau banjirnya nggak begitu tinggi kita masih bisa nangkring di kasur tingkat," paparnya.

"Paling parah tuh banjir sekitar 2020, pas lagi corona. Nah itu banjir paling parah karena sampai seatap rumah," jelas Wasmo.

Selain harus menghadapi banjir, Wasmo juga harus menyiapkan sekitar lima ember ketika turun hujan. Ember ini digunakan untuk menampung air karena genteng rumahnya banyak yang bocor.

Siasat Wasmo Agar Betah Tinggal di Rumah Ambles

Sebagai penghuni rumah, Wasmo melakukan sejumlah siasat agar rumah tersebut tetap nyaman ditinggali meski berada di tanah bekas rawa. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan menyingkirkan plafon rumah.

Jika masih menggunakan plafon, Wasmo dan istri harus berjalan secara menunduk di dalam rumah. Sebab, kondisi rumah yang terus menurun membuat jarak antara tanah dengan plafon semakin pendek.

Selain itu, ia juga menambah tinggi lantai rumahnya sekitar 50 cm. Lantai tersebut bukan dilapisi keramik, melainkan batu bata dan semen yang dibuat rata dan halus. Cara ini dilakukan agar rumahnya tidak kemasukan air ketika hujan turun.

Wasmo juga membuat kasur tingkat sendiri dari kayu. Bagian atas kasur tidak digunakan untuk tidur melainkan sebagai tempat evakuasi sementara kalau rumahnya terendam banjir.

Agar keluarga dan tamu yang datang bisa berkunjung ke rumahnya, Wasmo kemudian membangun jalan setapak. Lokasi rumah yang berada di tanah bekas rawa kerap basah dan berlumpur membuat sulit dilewati dengan berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor.

Wasmo mengumpulkan sejumlah puing-puing bangunan seperti genteng dan batu bata untuk digunakan sebagai jalan setapak. Puing-puing itu didapatnya dari sisa pembangunan rumah yang kebetulan ia kerjakan saat itu.

"Awalnya mah di sini ada jalan sampai ujung sana, tapi lama-lama dipenuhi lumpur jadinya becek dan susah jalan. Jalan kaki aja susah apalagi kalau naik motor," ungkapnya.

Jadi Satu-satunya Rumah Ambles yang Masih Bertahan

Wasmo mengatakan dahulu ada banyak rumah yang dibangun di sekitar tempat tinggalnya. Namun satu per satu rumah mulai rusak, ambles, dan akhirnya rata dengan tanah karena roboh.

Sebelum tinggal di kontrakan itu, Wasmo pernah menghuni sebuah rumah yang lokasinya masih berdekatan. Ia tinggal bersama teman-temannya saat masih bujang. Namun, mereka terpaksa harus pindah karena rumah tersebut roboh karena ambles.

Terakhir, ada sebuah rumah tepat di sebelah tempat tinggal Wasmo yang roboh karena ambles. Ia menyebut rumah itu sudah ditinggalkan pemiliknya sejak dua tahun lalu dan perlahan terus ambles bak dimakan tanah.

"Waktu itu rumah sebelah ambruk tiba-tiba, jam 3 sore pas kami lagi pada tidur. Suaranya benar-benar kencang kayak ada gas meledak, pas saya cek keluar ternyata rumahnya udah ambruk," tutur Wasmo.

Pakar Ungkap Penyebab Rumah Ambles 'Dimakan Tanah' di Bekasi

CEO SobatBangun Taufiq Hidayat menyebut kejadian rumah 'dimakan tanah' di Bekasi terbilang cukup unik. Ia pun heran karena biasanya bangunan ambles itu tidak berbarengan, jadi satu sisi rumah amblesnya lebih dalam dari sisi lainnya.

"Karena aneh juga, biasanya bangunan ambles itu nggak bareng gitu. Jadi sisi satu dengan sisi lainnya berbeda gitu," papar Taufiq saat dihubungi, Kamis (7/8/2025).

"Hal ini cukup jarang terjadi karena turunnya bisa bareng gitu. Biasanya rumah itu turunnya di satu spot, apalagi rumah itu tampaknya kelihatan cukup besar ya. Misalnya kalau ada penurunan (rumah) gitu yang sebelah kanan itu turunnya lebih dalam, lalu yang sebelah kiri nggak dalam," jelasnya.

Dari visual yang dilihat Taufiq, ada beberapa hal yang menyebabkan rumah tersebut bisa Ambles. Pertama, ia menilai penyebabnya bisa dikarenakan fondasi rumah yang salah. Saat membangun rumah tersebut mungkin kontraktor tidak menghitung dengan tepat sehingga salah memilih fondasi rumah.

Faktor kedua karena rumah tersebut dibangun di tanah bekas rawa. Sebab, membangun rumah di tanah tersebut memang rentan terjadi pergeseran. Hal itu berisiko dapat merusak struktur bangunan hingga menyebabkan roboh.

Untuk memastikan apa penyebab rumah yang dihuni Wasmo bisa ambles, Taufiq menyarankan agar dilakukan pengecekan lebih lanjut dengan menggunakan alat ukur tanah. Jika memang ada penurunan, maka dapat diketahui berdasarkan data dari hasil pengukuran.

"Kalau emang itu ambles, itu kan harus dicek bahwa rumah itu ada di elevasi berapa saat itu. Saat awal bisa diketahui ada di elevasi berapa, di ketinggian berapa, terus sekarang turun jadi berapa," pungkasnya.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini




(ilf/abr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads