Fenomena Rumah 'Dimakan Tanah' di Bekasi, Ambles hingga 1 Meter!

Fenomena Rumah 'Dimakan Tanah' di Bekasi, Ambles hingga 1 Meter!

ilham fikriansyah - detikProperti
Jumat, 08 Agu 2025 07:00 WIB
Sebuah rumah ambles di Bintara Jaya, Bekasi. Rumah itu seolah tenggelam bak dimakan tanah.
Sebuah rumah mengalami ambles di Bintara Jaya, Bekasi. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Memiliki rumah yang bagus dan nyaman merupakan impian setiap orang. Namun, tidak semua orang beruntung dapat merasakan kenikmatan tersebut.

Masih ada sebagian warga yang terpaksa tinggal di rumah tidak layak huni. Salah satunya dialami oleh Wasmo yang harus betah menghuni sebuah rumah kontrakan yang sudah ambles tenggelam 1 meter.

Rumah tersebut berlokasi di RT 01/RW 08, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Jawa Barat. Dilihat dari luar, rumah tersebut tampak berbeda dari hunian pada umumnya karena seolah 'dimakan tanah' alias tenggelam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim detikProperti mengunjungi langsung tempat tinggal Wasmo. Ia menyebut rumah tersebut terus mengalami ambles dalam beberapa tahun terakhir. Kini, kontrakan itu diketahui sudah ambles hingga sedalam 1 meter.

Saat memasuki area teras, kami harus menundukkan kepala sedikit karena jarak antara kepala dengan plafon teras sangat dekat. Untuk orang dengan tinggi badan 175 cm, jika berdiri tegak maka kepala bisa langsung menyentuh plafon.

ADVERTISEMENT

Bahkan, Wasmo yang tinggal di rumah itu mengaku kepalanya masih sering terbentur plafon secara tidak sengaja. Untuk mencegah hal itu terulang lagi, ia mengakalinya dengan cara menjebol sebagian depan plafon.

"Sudah berapa kali saya kejedot, kalau nggak saya bobok sendiri bisa bahaya. Karena kadang-kadang balik pulang kerja pakai topi, jadi nggak ngeh dan akhirnya kejedot," kata Wasmo saat diwawancara detikcom, Rabu (6/8/2025).

Wasmo tinggal di rumah kontrakan itu bersama sang istri, Maryani, dan kedua anaknya. Rumah itu terdiri dari dua bagian, bagian kiri dihuni oleh Wasmo dan keluarga, lalu bagian satunya lagi diisi oleh tetangganya yang merupakan pensiunan guru.

Wasmo menyewa kontrakan tersebut dengan biaya Rp 200.000 per bulan dan belum termasuk listrik. Untuk listrik, Wasmo dan tetangganya saling patungan sebesar Rp 50.000 per orang agar dapat memenuhi kebutuhan listrik selama sebulan.

Wasmo bercerita terkadang ia harus menunggak bayar sewa kontrakan karena tak punya uang. Sebab, profesinya yang hanya kuli bangunan harian membuatnya kesulitan mendapatkan gaji tetap. Meski begitu, pemilik kontrakan memaklumi jika ia harus menunggak bayar kontrakan hingga berbulan-bulan.

"Kalau yang punya (kontrakan) enak orangnya. Walaupun ini sudah telat bayar kontrakan sampai 2-3 bulan, pas dia datang kita bilang lagi nggak ada (uang) nggak apa-apa, nggak kayak yang lain-lain. Intinya kita ngomong," ujarnya.

Rumah yang dihuni Wasmo dan keluarga diketahui berada di tanah bekas rawa. Hal ini turut memengaruhi kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi dan mencuci baju.

Wasmo mengatakan pemilik kontrakan telah membangun sumur bor untuk mendapatkan air bersih. Namun, air tersebut memiliki bau tak sedap dan mengandung besi tinggi sehingga tidak bisa digunakan untuk memasak. Dengan begitu, sang istri menggunakan air isi ulang untuk masak dan minum.

"Paling kalau buat masak beli air galon, kayak masak nasi pakainya air galon karena airnya nggak bagus juga karena bau besi, jadinya kita sediain air galon dua," ujar Maryani atau kerap disapa Yani.

Baca halaman selanjutnya

Wasmo mengaku sudah tinggal di kontrakan itu sejak 10 tahun lalu. Ia berujar bukan orang pertama yang menghuni rumah tersebut, sebelumnya ada 2-3 orang lain yang telah mengontrak di rumah tersebut.

Saat pertama kali pindah ke kontrakan tersebut, Wasmo mengaku rumah tersebut belum sepenuhnya ambles, tapi memang sudah ada-ada tanda ambles. Nahas, rumah tersebut terus mengalami penurunan seiring waktu bak dimakan tanah.

Meski rumah tersebut ambles, sang pemilik kontrakan tidak mau melakukan renovasi besar-besaran. Wasmo berujar hanya bagian lantai saja yang ditinggikan sekitar 50 cm agar saat banjir tidak merendam seluruh rumah.

Kini, ia melakukan renovasi kecil-kecilan dengan mengganti pintu rumah karena sudah lapuk akibat terendam banjir. Ia juga beberapa kali mengganti atap genteng yang bocor secara mandiri. Kegiatan renovasi tersebut juga dilaporkan kepada pemilik kontrakan agar mereka tahu.

"Saya sendiri udah beli pintu lagi bekas orang kompleks. Ini tadi pintu rumahnya juga cakep, tapi hancur karena lapuk. Tapi kita selalu ngomong ke yang punya kontrakan, paling dia ngomong 'oh yaudah gapapa' gitu," pungkasnya.

Kontrakan yang dihuni Wasmo dan keluarga kini jadi satu-satunya rumah di area tersebut yang masih berdiri walau ambles. Dahulu masih ada beberapa rumah di sekitar yang juga ambles, tapi sekarang sudah rata dengan tanah karena roboh.

Sejumlah warga yang tinggal di area tersebut ada yang memilih pindah, tapi ada juga yang bertahan dengan membangun rumah panggung. Selain mencegah rumah ambles, cara ini dinilai efektif agar hunian tidak terendam banjir.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

Saksikan Live DetikPagi :

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Rumah Kuno di Blitar yang Usianya Lebih dari 2 Abad"
[Gambas:Video 20detik]
(ilf/ilf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads