Sektor ritel kini banyak yang gulung tikar. Hal itu terjadi karena beberapa hal, salah satunya karena pola belanja yang berubah yang berujung pada menurunnya jumlah pengunjung.
Untuk mengatasi hal itu, banyak pengembang maupun pemilik ritel putar otak agar banyak pengunjung yang datang dan berbelanja. Vice President Mall Sinar Mas Land Yani C. Dewi mengakui bahwa kondisi ritel saat ini memang agak berubah.
Pada saat pandemi COVID-19, banyak orang yang mencari area outdoor. Namun setelah pandemi COVID-19, orang-orang kembali ingin berbelanja di dalam ruangan. Menurutnya, akan lebih menarik jika mal menawarkan aktivitas lain selain berbelanja, baik itu di mall indoor maupun outdoor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan QBIG yang pada awalnya hanya berisi tenant-tenant home improvement maupun material rumah kini mulai bergeser untuk memperbanyak tenant di bidang lainnya.
"Tapi seiring berjalannya waktu, kami shifting. Jadi tenant-tenant apa yang akan masuk? Kita juga ada satu sports center masuk dengan olahraga yang lagi happening zaman now, paddle, terus kemudian kita juga menambahkan entertainment," katanya dalam acara soft launching ILON Academy di QBIG, BSD City, Tangerang, Banten, Senin (14/7/2025).
Menurutnya, beragamnya tenant yang ada dalam suatu pusat perbelanjaan bisa menggaet banyak pengunjung. Dengan demikian, masyarakat memiliki banyak pilihan di dalam mal tersebut apakah ingin belanja atau sekadar makan bersama keluarga atau bermain.
"Jadi bukan hanya sebagai pusat belanja, tapi juga pusat entertainment, pusat berkumpulnya keluarga dan juga education," ungkapnya.
Dikutip dari detikFinance, industri ritel belakangan ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja karena banyak yang gulung tikar. Menteri Perdagangan Budi Santoso sempat mengungkapkan alasannya salah satu satunya karena banyak bisnis ritel modern yang hanya mengandalkan bisnis untuk kebutuhan masyarakat, tidak ada pengalaman lain selain berbelanja.
Kedua, pola belanja masyarakat yang berubah. Jika sebelumnya setiap bulan rajin belanja bulanan, nah kini pola itu telah berubah ke mingguan dengan jumlah yang sedikit. Pola itu menyebabkan masyarakat hanya berbelanja ke ritel terdekat saja.
Ketiga, banyak mal bangkrut karena tidak bisa memenuhi kebutuhan hiburan untuk konsumen.
"Misalnya tidak ada tempat untuk makan, untuk nongkrong, untuk ngumpul, ya akan sepi pengunjung," tuturnya di Kementerian Perdagangan, Rabu (4/6/2025).
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/das)