Rumah Musik Harry Roesli diputuskan pihak keluarga untuk dijual Rp 25 miliar. Putra Harry Roesli, Layala Khrisna Patria mengungkapkan terdapat 2 faktor pihaknya mengambil keputusan ini.
Dilansir detikJabar, Ia menuturkan rumah seluas 880 meter persegi ini per bulannya menghabiskan biaya operasional hingga puluhan juta. Pihak keluarga kesulitan untuk membayarnya sehingga beberapa ruangan sempat disewakan.
"Karena operasional kan di lokasi strategis dengan rumah besar ya biayanya nggak murah bulanannya. Jadi beberapa ruang disewakan untuk bertahan. Tapi jadinya ruang gerak kita terbatas," kata pria yang akrab disapa Laya, seperti yang dikutip Kamis (19/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan lainnya adalah keluarganya sudah tinggal di tempat terpisah sehingga jarang ditempati.
"Memang saat itu untuk memutuskan rumah dijual bukan hal mudah karena melihat historinya. Tapi perlu diketahui, rumah ini bukan hanya milik Harry Roesli tapi keluarga besar. Dan seiring waktu, banyak menyebar keluarga dan tidak tinggal di sini lagi," lanjutnya.
Pihak keluarga sudah membicarakan Rumah Musik Harry Roesli untuk dijual sejak lama. Namun, karena banyaknya kenangan di rumah ini sehingga sulit bagi mereka memutuskannya. Akhirnya pada 2018, mereka sepakat untuk melepas rumah tersebut.
"Dan bisa dilihat segala terkait perawatan dan lain-lain memang bukan hal yang murah. Akhirnya kita kumpul keluarga dan sepakat tahun 2018 untuk menjual rumah," imbuhnya.
Meskipun keputusan ini disayangkan, Rumah Musik Harry Roesli sebenarnya bukan tempat utama sang ayah berkarya, melainkan di bangunan sebelahnya, rumah No. 57. Di sana, Harry Roesli album Ken Arok yang fenomenal pada 1977 silam tercipta bersama karya-karya lainnya.
"Sebenarnya ini bukan rumah pertama yang dijual, dulu itu rumah sebelah nomor 57, jadi kiprah Harry Roesli itu disana kalau ini rumah tinggal. Rumah sebelah tahun 2012 dan dipindah ke sini," tuturnya.
Keluarga meyakini meskipun Rumah Musik Harry Roesli dijual, tidak akan menghapus jejak spirit dan warisan yang ditinggalkan oleh mendiang Harry Roesli.
"Jadi yang kita lihat, ini sekedar rumah, kita pindah kemanapun yang penting bawa orangnya, bawa spiritnya, jadi tempat dimanapun selama spirit dan pergerakannya masih ada," tegasnya.
(aqi/das)