Direktur Utama sekaligus CEO Triniti Land, Ishak Chandra menilai properti akan bangkit di 2025. Namun, ada 4 sektor yang diramal sulit berkembang meskipun pandemi Covid-19 telah usai. Keempat sektor ini adalah perkantoran, mall, hotel bintang 3 ke bawah, dan apartemen.
Sektor-sektor ini dinilai memiliki daya beli yang rendah, sementara ruang yang tersedia cukup banyak dan masih dapat bertambah.
"Behavior (perilaku) setelah pandemi sangat sangat berbeda. Saya sudah sempat bilang beberapa tahun sebelum pandemi, hati-hati sama sektor perkantoran," kata Ishak dalam Media Gathering di Jakarta pada Kamis (31/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sebelum pandemi gedung-gedung perkantoran banyak dibangun bersamaan karena dinilai biaya sewanya menguntungkan. Sekitar tahun 2012 hingga 2013 pembangunan perkantoran di Jabodetabek mencapai sekitar 1 juta meter persegi. Namun, perilaku penyewa lebih menyukai sistem sewa jangka pendek.
Penyewa ruang kantor biasanya menetap di suatu tempat sekitar 5 tahun. Kemudian, akan pindah ke gedung baru sehingga ruang kantor yang lama akan kosong dan susah untuk mendapat penyewa baru.
"Ada satu juta lebih new supply (ruang kantor) yang sedang dibangun. Pada saat itu. saya lupa 1,6 atau 1,8 juta new supply office building yang sedang dibangun. Yang akan jadi supply baru 2 sampai 3 tahun kemudian. Bayangin, kalau satu building itu 100 ribu meter persegi, artinya ada 18 bangunan baru,"
Pengembang akan sulit mengubah fungsi bangunan kantor bahkan untuk rumah sekalipun sehingga mau tidak mau mereka menyesuaikan dengan harga sewa. Kondisi diperparah dengan adanya pandemi Covid-19. Banyak perusahaan yang memilih sistem kerja dari luar dan berpindah tempat sehingga semakin sedikit perusahaan yang membutuhkan ruang kantor dalam jangka waktu lama.
"(Pada saat itu) akan terjadi new supply gila gilaan. Ada mereka melihat harga dan rental. Sekarang harganya sewa hanya sekitar Rp 200 ribu per meter per bulan," jelasnya.
Sektor kedua adalah mall. Menurutnya saat ini tenant di mall sulit mendapat keuntungan karena pembeli datang hanya untuk mencoba barang, bukan membeli. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan tenant untuk membayar biaya sewa.
"Karena anchor (penarik) tenant hilang. Orang jalan-jalan ke anchor tenant (toko yang menarik), (hanya) lihat-lihat departemen store, belinya di online. Cuma buat ngukur-ngukur, lihat-lihat," ujarnya.
Ketiga adalah hotel bintang 3 karena saat ini sudah marak opsi hunian seperti BNB atau penginapan yang bisa ditempati banyak orang.
"Hotel juga hati-hati karena akan tergantikan oleh share room. Kayak BNB dan yang lain-lain. Kecuali di daerah-daerah masih tertentu ya. Yang masih jalan ya. Tapi kalau daerah-daerah ini, orang bisa ada penasaran di BNB, jadi mereka mungkin ya," jelasnya.
Terakhir adalah apartemen. Meskipun pemerintah tengah mendongkrak tipe hunian vertikal terutama di perkotaan, Ishak menilai sektor ini tidak stabil setiap tahun.
Sektor yang dinilai cerah adalah rumah tapak dan industri. Selain itu, hotel juga berpotensi untuk berkembang, tetapi untuk hotel bintang 4 dan 5.
"Ada beberapa sektor yang harus kita perhatiin. Yang masih relatif stabil itu mungkin masih hotel. Sektor yang selalu tetap stabil itu adalah landed house dan pergudangan (industri)," ucap Ishak.
(aqi/zlf)