Singapura tengah heboh terkait konflik rumah mendiang Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Pertama Singapura. Konflik ini disebabkan karena selisih paham antara kedua anaknya yakni Lee Hsien Yang dan Lee Hsien Loong.
Lee Hsien Yang menginginkan rumah tersebut dihancurkan seperti pesan dalam surat wasiat ayahnya. Sementara kakaknya, Lee Hsien Loong berpendapat nasib rumah tersebut harus diputuskan oleh pemerintah dan kemungkinan akan dipertahankan sebagai bangunan bersejarah.
Rumah peninggalan Lee Kuan Yew ini bukanlah rumah mewah seperti rumah pejabat masa kini. Rumah dua tingkat ini berdiri di atas lahan seluas 1.250 meter persegi. Di dalamnya hanya terdapat 5 kamar tidur dan ruang bawah tanah. Lokasinya berada di Jalan 38 Oxley Road yang ditaksir senilai US$17 juta atau setara Rp 200 miliar (Kurs Rp 11.804).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Melansir dari Reuters, sebelum menjadi tempat tinggal Lee Kuan Yew, rumah tersebut dimiliki oleh pedagang Yahudi pada 1945 lalu. Setelah satu dekade, rumah tersebut baru ditempati oleh sosok pendiri Singapura tersebut. Pada saat itu pun, Lee Kuan Yew hanya menyewanya S$118 dolar pada tahun 1965 atau sekarang setara dengan Rp 1,3 juta.
Di rumah tersebut, Lee Kuan Yew bukan hanya tinggal dan istirahat. Banyak ide brilian tercipta saat dirinya tinggal di rumah tersebut. Bahkan beberapa aktivitas People's Action Party (PAP) dilakukan di ruang bawah tanah rumah tersebut. Pada saat itu, Lee Kuan Yew memegang jabatan sebagai sekretaris jendral partai.
Dewan Warisan Nasional (NHB) mencatatkan di rumah ini juga beberapa tokoh penting pernah berkumpul yakni Menteri Luar Negeri Pertama Singapura, Sinnathamby Rajaratnam; Presiden ketiga Singapura, Devan Nair; Wakil Perdana Menteri Singapura (1965-1968), Dr Toh Chin Chye; dan Wakil Perdana Menteri Singapura (1973-1984) Dr Goh Keng Swee untuk membahas konsep Singapura yang modern.
Selain menjadi saksi bisu para pemimpin pertama Singapura berkumpul, NHB menilai arsitektur rumah ini langka sehingga perlu dipertahankan.
Tipe arsitektur rumah ini identik seperti bangunan pada masa kolonial India pada abad ke-18. Model rumah seperti ini sudah tidak banyak, yakni sekitar 200 bangunan saja pada 2022 lalu. Sementara hanya sekitar 16 yang diperkirakan memiliki gaya dan era pembangunan yang sama dengan rumah Lee Kuan Yew.
Ciri khas dari rumah ini adalah memiliki langit-langit yang tinggi, satu lantai dengan atap genteng pengaruh Tiongkok, dan halamannya luas untuk melindungi penghuninya dari panasnya sinar matahari.
"Seiring waktu, rumah ini dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa penting nasional. Hari ini, ini menjadi bukti pembentukan pemerintahan baru untuk Singapura. Komite menilai bahwa Properti ini memiliki signifikansi arsitektur, warisan, dan sejarah." Kata Komite kementerian seperti yang dikutip dari Today Online, Jumat (25/10/2024).
Sementara itu, Lee Kuan Yew sendiri adalah Perdana Menteri pertama Singapura yang menjabat pada 1959-1990. Dilansir dari Biography, ia disebut sebagai Perdana Menteri paling lama menjabat di dunia. Selama kepemimpinannya, Singapura bisa menjadi negara paling makmur dan maju di antara negara di Asia Tenggara.
Lee Kuan Yew menghembuskan napas terakhir pada 2015 lalu di usia 91 tahun. Dia memiliki 2 putra dan satu putri yakni Lee Hsien Loong, Lee Hsien Yang, dan Lee Wei Ling. Lee Hsien Loong mengikuti jejak sang ayah, menjadi Perdana Menteri Singapura periode 2004-2024.
(aqi/abr)