Salah satu anak pendiri Singapura, Lee Hsien Yang baru-baru ini membuat heboh Singapura. Ia mengaku baru mendapat suaka di Inggris karena dinilai layak mendapat perlindungan dari potensi penganiayaan dari Pemerintah Singapura.
"Serangan pemerintah Singapura terhadap saya menjadi catatan publik. Mereka mengadili putra saya, melakukan proses disipliner terhadap istri saya, dan meluncurkan penyelidikan polisi palsu yang telah berlangsung selama bertahun-tahun," tulis Lee Hsien Yang dalam unggahan Facebook seperti yang dikutip Reuters pada Jumat (25/10/2024).
Upaya Lee Hsien Yang mendapatkan suaka ini telah dimulai sejak 2022 setelah adanya penyelidikan Pengadilan Singapura terhadap kasus rumah wasiat ayahnya Lee Kuan Yew yang meninggal pada 2015 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duduk Perkara Rumah Wasiat Lee Kuan Yew
Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Singapura yang pertama, memiliki rumah sederhana yang dibeli pada 1945 di Jalan 38 Oxley Road, Singapura. Rumah yang berdiri di lahan seluar 1.250 meter ini diminta untuk dihancurkan setelah Lee Kuan Yew meninggal dunia.
Namun, Lee Hsien Yang dan kakaknya Lee Hsien Loong berselisih paham. Lee Hsien Yang menginginkan rumah tersebut dihancurkan seperti pesan dalam surat wasiat ayahnya.
Sementara Lee Hsien Loong berpendapat nasib rumah tersebut harus diputuskan oleh pemerintah dan kemungkinan akan dipertahankan sebagai bangunan bersejarah.
Alasan Lee Kuan Yew Ingin Rumahnya Dihancurkan
Melansir dari Reuters, Lee Kuan Yew pernah mengungkapkan keinginannya untuk membongkar rumah tersebut sebelum dirinya meninggal dunia. Hal ini karena kondisi rumah yang kurang layak. Mulai dari tidak memiliki pondasi, lembap, dindingnya retak, dan biaya pemeliharaannya mahal.
"Tapi untungnya pilar-pilarnya kokoh," kata pendiri Singapura tersebut sembari berkelakar kepada Singapore Straits Times beberapa waktu lalu.
Rumah Wasiat Lee Kuan Yew Bisa Jadi Bangunan Bersejarah
Belum ada keputusan resmi jika rumah Lee Kuan Yew bisa menjadi bangunan bersejarah. Usulan ini diucapkan oleh Lee Hsien Loong.
Di sisi lain, Dewan Warisan Nasional (NHB) sempat mengungkapkan jika rumah ini pernah menjadi saksi bisu perjuangan pimpinan Singapura saat membahas konsep Singapura yang modern.
Beberapa tokoh penting pernah berkumpul yakni Menteri Luar Negeri Pertama Singapura, Sinnathamby Rajaratnam; Presiden ketiga Singapura, Devan Nair; Wakil Perdana Menteri Singapura (1965-1968), Dr Toh Chin Chye; dan Wakil Perdana Menteri (1973-1984) Dr Goh Keng Swee.
Selain itu, menilai arsitektur rumah ini langka sehingga perlu dipertahankan. Model rumah seperti ini tidak banyak, yakni sekitar 200 bangunan saja pada 2022 lalu. Sementara hanya sekitar 16 yang diperkirakan memiliki gaya dan era yang sama dengan rumah Lee Kuan Yew.
Keretakan Hubungan Lee Hsien Bersaudara
Channel News Asia melaporkan, pengadilan Singapura telah memproses laporan mengenai konflik ini. Mereka menuding Lee Hsien Yang beserta istrinya, Lee Suet Fern, telah mengubah pernyataan di dalam surat wasiat tersebut yang menuturkan rumah tersebut harus dihancurkan. Lee Hsien Loong juga pernah menuturkan jika isi surat warisan tersebut tertulis rumah tersebut boleh dipertahankan, bukan harus dihancurkan.
Puncak kasus ini terjadi di 2022 ketika Lee Hsien Yang dan keluarganya mengungsi ke Inggris. Ia menolak proses penyelidikan yang dilakukan pengadilan Singapura.
Pemerintah Singapura juga sempat buka suara apabila mereka tidak pernah mengusir atau menghambat kepulangan Lee Hsien Yang dan keluarganya menekankan bahwa pihaknya tidak mengusir Yang dan istrinya.
"Mereka bebas dan selalu bebas untuk kembali ke Singapura," ujar pemerintah Singapura, seperti dikutip Channel News Asia.
(aqi/abr)