Dua anak pendiri Singapura, yakni Lee Hsien Yang dan Lee Hsien Loong berselisih paham terkait nasib rumah warisan ayah mereka. Lee Hsien Yang menginginkan rumah tersebut dihancurkan seperti pesan dalam surat wasiat ayahnya. Sementara kakaknya, Lee Hsien Loong berpendapat hal itu harus diputuskan oleh pemerintah dan kemungkinan dipertahankan sebagai bangunan bersejarah.
Rumah peninggalan Lee Kuan Yew merupakan rumah sederhana di Jalan 38 Oxley Road yang ditaksir senilai US$ 17 juta atau setara Rp 200 miliar (Kurs Rp 11.804). Melansir dari Reuters, Lee Kuan Yew pernah mengungkapkan keinginannya untuk membongkar rumah tersebut sebelum dirinya meninggal dunia.
Dia menyebut kondisi rumah tersebut sudah kurang layak. Mulai dari tidak memiliki pondasi, lembab, dindingnya retak, dan biaya pemeliharaannya mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi untungnya pilar-pilarnya kokoh," kata pendiri Singapura tersebut sembari berkelakar kepada Singapore Straits Times seperti yang dikutip pada Jumat (25/10/2024).
Lee Kuan Yew diketahui menempati rumah tersebut hingga akhir hayatnya pada 2015 lalu. Kemudian, rumah tersebut diisi oleh putri satu-satunya, Lee Wei Ling hingga ia meninggal dunia pada 9 Oktober 2024 lalu.
Kondisi rumah tersebut hingga saat ini masih berdiri kokoh dan belum juga dihancurkan seperti isi wasiat Lee Kuan Yew. Hal ini juga dikarenakan konflik Lee Hsien bersaudara ini telah dibawa ke Pengadilan Singapura dan belum mendapat keputusan final, menurut laporan Channel News Asia. Lee Hsien Yang juga tidak ingin melanjutkan penyelidikan dan memilih pergi ke Eropa bersama istrinya untuk mencari tempat tinggal yang aman.
![]() |
Baru-baru ini, Lee Hsien Yang kembali membuat pernyataan melalui Facebooknya jika dia telah mendapat suaka di Inggris. Ia menyebut ini adalah upaya terakhir yang bisa dilakukannya.
"Serangan pemerintah Singapura terhadap saya menjadi catatan publik. Mereka mengadili putra saya, melakukan proses disipliner terhadap istri saya, dan meluncurkan penyelidikan polisi palsu yang telah berlangsung selama bertahun-tahun," tulis Lee Hsien Yang dalam postingannya seperti yang dikutip dari Reuters.
Selain serangan yang diterima oleh keluarganya, Lee Hsien Yang juga juga tidak bisa menghadiri pemakaman saudara perempuannya, Lee Wei Ling yang meninggal pada 9 Oktober karena tidak bisa kembali ke Singapura.
"Berdasarkan fakta-fakta ini, Inggris telah memutuskan bahwa saya menghadapi risiko persekusi yang beralasan dan tidak bisa kembali dengan selamat ke Singapura," sebut Lee Hsien Yang.
"Saya mencari perlindungan suaka sebagai upaya terakhir. Saya tetap menjadi warga negara Singapura dan berharap suatu hari nanti akan aman untuk kembali pulang," lanjutnya.
Sebelumnya, pemerintah Singapura sudah pernah meluruskan anggapan Lee Hsien Yang dan menegaskan mereka tidak pernah mengusir atau menghambat kepulangan Lee Hsien Yang atau tidak mengusir mereka.
"Mereka bebas dan selalu bebas untuk kembali ke Singapura," ujar pemerintah Singapura, seperti dikutip Channel News Asia.
(aqi/zlf)