PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengungkapkan mendukung program 3 juta rumah yang akan dijalankan di masa pemerintahan Presiden Prabowo mendatang. Dengan visinya sebagai bank perumahan, BTN ingin meningkatkan kinerjanya hingga menjadi bank penyedia pinjaman terbaik di Asia Tenggara (the best mortgage bank in Southeast Asia).
"Hari ini Pak Jokowi mintanya sejuta rumah. New Government, Pak Prabowo mintanya 3 juta rumah termasuk 2 juta rumah di desa. Nah ini menjadi satu visi-visi di mana kalau BTN bisa tunggu dengan angka yang seperti itu, kita akan menjadi the best mortgage bank in Southeast Asia," kata Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam acara BUMN Learning Festival di Lt 6 Menara BTN, Jakarta, Selasa (15/10/2024).
Nixon memaparkan tantangan untuk merealisasikan program 3 juta rumah ini pasti ada. Mengingat tingginya angka penduduk di Indonesia yang tidak memiliki hunian dan tempat tinggal yang layak yakni hingga 10 juta orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia, yang nggak punya rumah, berdasarkan data statistik SUSENAS, itu 10 juta keluarga di Indonesia yang nggak punya rumah. Temen-temen kalau jalan ke desa-desa, itu besar 1 rumah 2-3 keluarga. 2-3 keluarga dalam 1 rumah," paparnya.
Selain hunian yang layak sulit didapatkan oleh masyarakat, rumah-rumah di pedesaan juga banyak ditemukan tidak memiliki fasilitas sanitasi.
"Dari yang punya rumah, kita lihat data yang pakai listrik 450 watt. Itu 24 juta keluarga yang tidak punya rumah. Paling banyak di desa-desa tidak memiliki fasilitas sanitasi. Bahkan ruangannya tidak layak huni," bebernya.
BTN akan mendukung pembangunan rumah layak dengan memberikan harga yang terjangkau.
"Makanya Pak Prabowo mintanya sekarang jadi 3 juta rumah. This is the new challenge. Bagaimana BTN bisa memberikan rumah layak ini dengan harga yang terjangkau. Lanjut, tantangan yang kedua yang kita hadapi hari ini adalah bagaimana ESG," ujarnya.
Untuk menangani masalah perumahan yang ramah lingkungan, BTN ingin mendorong pembangunan rumah dengan material dari limbah. Di mana per tahunnya bisa mencapai 200 rumah dari material sampah plastic terbangun.
"Makanya kita udah mulai piloting mulai tahun ini ada 200 rumah yang materialnya adalah hasil recycle sampah plastik yang terbengkala. Yang kita sebut dengan nama Low Emission Carbon House," jelasnya.
"Jadi udah jalan-jalan di Bekasi di beberapa kota yang kita implement jadi bahan materialnya kombinasi antara bahan lama dikombinasi dengan sampah plastik yang banyak," lanjutnya.
Kemudian, dari sisi pembiayaan, perlu ada penyesuaian dari sistem pelayanan yang akan mereka tawarkan. Menurutnya, saat ini digitalisasi telah menguasai segala bidang termasuk perbankan.
Dia melihat saat ini, orang sudah banyak yang berani membeli rumah melalui online tanpa datang ke tempat.
"Sekarang sudah banyak orang beli rumah itu pake online. Kalau dulu kan, nggak mungkin orang beli rumah pake online. Orang beli rumah pasti bawa pertua, bawa adik, bawa ipar untuk liat rumahnya. Tapi tahun lalu lebih dari 1 triliun transaksi beli rumah pake online," ungkapnya.
Namun, untuk proses akad KPR, masih terkendala untuk dilakukan secara online. Dia berharap ke depannya semua proses yang berhubungan dengan rumah dapat dilakukan secara online hingga sampai menjadi sertifikat.
"Kalau itu udah bisa (akad KPR online), kita integrasikan sampe kita bisa online-kan sampe sertifikasinya," tuturnya.
(aqi/aqi)