Hal itu bermula pada 1960 ketika Kota Windhoek kesulitan menyokong kebutuhan air untuk warganya. Hal itu karena di sana sangat sulit mendapat air bersih.
Lalu, dibuatlah Goreangab Water Reclamation Plant (GRWP) yang bisa menghasilkan air minum yang sudah dipurifikasi dari air limbah. Fasilitas itu merupakan pertama yang ada di dunia.
Dikutip dari Nature, Jumat (27/9/2024), pada 2002, fasilitas itu diganti menjadi New Goreangab Wastewater Reclamation Plant (NGWRP) yang dikelola oleh Wingoc (Windhoek Goreangab Operating Company). Dengan dibuatnya NGWRP ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas air minum yang dihasilkan dari air limbah.
Kok bisa sih bekas air limbah diubah jadi air siap minum?
NGWRP ini menggunakan proses yang dinamakan direct potable reuse (DPR) atau penggunaan kembali air langsung minum. Proses tersebut menghilangkan polutan dan kontaminan dari air limbah melalui proses multi-barrier sebelum air tersebut masuk ke dalam pasokan air minum, semuanya dalam waktu 24 jam.
Pendekatan tersebut memastikan bahwa setidaknya ada beberapa proses pembuangan zat yang tidak diperlukan secara efektif, yaitu melalui ozonisasi, penyerapan karbon, hingga penyaringan membran untuk menghilangkan risiko kontaminasi.
Dilansir dari University de Montpellier yang mengutip dari The Conversation Prancis, agar air limbah bisa didaur ulang menjadi air minum, Windhoek telah menyiapkan serangkaian proses inovasi yang terdiri dari 10 tahap. Proses tersebut meliputi proses fisika-kimia, seperti koagulasi dan flokulasi.
Proses tersebut merupakan penambahan koagulan untuk membuat flok yaitu gugusan materi tersuspensi yang kemudian jatuh karena beratnya sendiri dan dibuang dalam lumpur.
Ada juga proses kimia seperti ozonisasi. Saat bersentuhan dengan ozon, air mengalami proses oksidasi yang memecah banyak polutan mikro, misalnya seperti pada pestisida, residu obat, dan lainnya. Selain itu juga menonaktifkan bakteri, virus, dan parasit.
Proses ini diikuti oleh tahap akhir penyaringan biologis pada karbon aktif granular dan penyaringan fisik (penyaringan karbon aktif dan ultrafiltrasi membran) untuk menghilangkan sisa polusi terlarut.
Sebelum dikirim ke jaringan air, air akan menjalani kontrol kualitas dan klorinasi untuk memastikan efek disinfektan yang bertahan lama. Dengan demikian, air yang diperoleh tidak memburuk selama proses pendistribusian.
(abr/abr)