Banyak developer memasarkan perumahan dengan mengunggulkan lokasi yang strategis dan akses yang mudah. Namun, terkadang ada developer yang sampai membuat klaim yang tidak sesuai dengan realita.
Salah satunya dengan menyebutkan waktu tempuh dari perumahan ke fasilitas umum dalam brosur atau iklan. Ketika diuji, ternyata perjalanan memakan waktu lebih lama dari ekspektasi.
Pengamat Properti sekaligus Direktur PT. Global Asset Management, Steve Sudijanto mengatakan developer memang memberikan janji-janji untuk menarik minat pembeli. Lokasi dan aksesibilitas yang bagus menjadi poin yang ditawarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang dari dulu developer itu selalu memberikan suatu janji, suatu gimmick bahwa real estat yang ditawarkan itu lokasinya bagus, jarak tempuhnya (mudah dan cepat)," ujar Steve kepada detikProperti, Rabu (18/9/2024).
Jika ternyata berbeda dari kenyataan, menurutnya hal ini tidak sampai disebut ingkar janji atau penipuan. Sebab, klaim tersebut tertuang dalam brosur dan bukan perjanjian pengikatan jual beli (PPJB).
"Penipuan itu tidak ada. Kita yang harus verifikasi karena tidak tertuang dalam perjanjian PPJB atau contract agreement ,makanya tidak bisa disebut penipuan. Kita yang harus memverifikasi," katanya.
Steve mengimbau calon pembeli agar memeriksa, mempelajari, dan memverifikasi sendiri klaim yang ditawarkan oleh pengembang. Hal tersebut bisa dilakukan dengan melakukan survei langsung ke lokasi.
"Yang perlu kita perhatikan, apapun yang diberitakan yang tertulis dalam brosur atau ditawarkan itu kan kita harus verifikasi kenyataannya dengan apa yang ditulis itu realitanya apakah sama, itu semua keputusan dari kita sebagai calon dari konsumen," ucapnya.
Pembeli bisa saja terjebak berinvestasi ke rumah yang aksesnya kurang memadai. Misalkan jarak ke sarana transportasi umum dan tol jauh atau waktu tempuhnya, akses jalanan sempit, lalu lintas macet.
Bagi yang setiap hari berangkat kerja ke tempat yang jauh, mungkin lama-lama bisa kelelahan. Hingga akhirnya memutuskan untuk ngekos dekat tempat kerja. Alhasil, seseorang bisa rugi waktu, tenaga, dan waktu.
"Banyak orang terjebak beli rumah di luar Jakarta akhirnya ngekos karena tidak tahan dengan kemacetan pulang-pergi," tutur Steve.
"Itu kan biaya tambahan lagi, sudah melakukan cicilan rumah dan melakukan tindakan sewa kos jadi biayanya tinggi sekali," tambahnya.
Jika kondisinya sudah seperti ini, pembeli harus menyiasati waktu dan sarana transportasi yang digunakan untuk beraktivitas. Sebab, rumah sudah terbeli dan tidak mudah untuk dijual kembali.
"Kalau tidak ada pilihan kita harus menyiasati berangkat lebih pagi, pulang lebih malam atau kita menggunakan sarana transportasi umum bagaimanapun caranya pasti kita cari solusi alternatif karena apa investasinya sudah dibeli, yaitu fixed asset rumah itu kalau mau dijual tidak semudah liquid asset," jelasnya.
Selain itu, pembeli bisa mencari sisi positif tinggal di perumahan tersebut. Seperti dengan memastikan ada fasilitas sekolah yang bagus dekat rumah. Hal ini setidaknya akan menenangkan pikiran pembeli rumah yang sudah berkeluarga.
"Cari perumahan yang ada fasilitas sekolah yang bagus karena frustasi itu paling tidak bisa dihindari (soal aksesibilitas untuk anak) karena anak-anak kita bisa berangkat dan kembali ke sekolah dengan cepat dan aman. Kalau ada fasilitas sekolah yang baik tidak jauh dari lingkungan real estate yang kita tinggali," pungkasnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/zlf)