Salah satu warga RW 12 yang terdampak, Bebe mengatakan saat kembali ke rumahnya, sudah tidak ada barang yang tersisa di rumahnya. Bukan karena habis terbakar, melainkan diambil oleh pemulung.
"Tadi pagi, sebelum ke sini saya sempet ke sana ngeliat (rumah). Banyak yang udah ngambilin motor juga. Kapan ngambilnya gitu loh. Kayak mesin air kan susah. Tapi dia bisa loh," cerita Bebe kepada detikProperti.
Saat tim detikProperti datang ke lokasi bekas kebakaran, pada Kamis (15/8/2024), sering kali berpapasan dengan pemulung yang membawa karung atau gerobak dari arah puing-puing bangunan. Jalanan menuju lokasi kebakaran tidak begitu besar, hanya muat untuk dilalui 1 mobil. Dari area puing-puing bangunan, mereka beristirahat di ujung jalan yang kebetulan terdapat lahan besar tanpa bangunan.
Isi gerobak tersebut yang terparkir di sana adalah material bangunan yang telah gosong. Mulai dari seng, asbes, besi, dan alat elektronik lainnya.
Salah satu pemulung yang tidak ingin disebut namanya mengatakan barang-barang tersebut akan mereka jual ke Kebon Nanas, Jakarta Timur. Satu gerobak yang mereka dapatkan bisa seberat 50-100 kg. Di mana, satu kilogramnya dihargai Rp 2.500.
"Baja ringan, seng, besi-besi, ada jet pump, ada AC, ada kompor-kompor. Kabel udah meleleh, ada yang ngambilin tapi bukan kita. Kaca nggak, WC nggak," kata pemulung tersebut.
Pemulung-pemulung ini rata-rata tidak berasal dari lingkungan sekitar, kebanyakan dari Tanjung Priok, Jakarta Utara.
![]() |
Tidak jauh dari tempat pemulung tersebut beristirahat, terdapat mobil truk yang mengangkut barang-barang sisa kebakaran yang sudah gosong. truk ini juga milik pemulung. Namun, barang tersebut disebut memang dijual oleh korban kebakaran. Barang yang diangkut truk tersebut terdiri dari asbes, seng, besi, kawat, dan alat elektronik diangkut dalam truk tersebut.
"Jadi orang sini ngelapor ke sono (pemulung). Katanya, "Bang ada mobil nggak? Kalau ada mobil, itu saya punya barang, tolong ambilin"," kata salah satu rekan pemulung yang ditugaskan untuk menyetir truk tersebut.
Dia mengaku tidak mengetahui harga jual barang-barang rongsok tersebut karena transaksi tidak dilakukan di tempat, melainkan sebelum truk datang.
Selama berkeliling di area bekas kebakaran di Jalan Remaja, memang banyak orang membawa karung dan linggis keluar masuk di antara puing-puing bangunan. Beberapa ada yang membawa sekarung penuh material bangunan yang sudah penyok dan kehitaman.
Menanggapi hal ini, Ketua RT 12, Darmanto mengatakan untuk wilayah RW 06, pemulung dilarang sembarang mengambil sisa barang warga. Ketua RT dan warga sekitar juga berjaga di sekitar rumah.
![]() |
"Nggak, nggak bisa (asal ambil). Jadi kalau ada orang luar selain pemulung yang sudah kita kenal, nggak boleh masuk. Di RW 6 itu udah dijaga," ujar Darmanto.
Selain warga dan pemulung, tim dari Suku Dinas Bina Marga Jakarta Selatan juga berada di lokasi melepas sisa lampu jalan atau stang ornamen lampu. Mereka akan mengumpulkan lampu jalan tersebut, kemudian disetor ke gudang pusat. Hal ini dilakukan agar tidak diambil oleh pemulung.
"Kita balikin ke gudang dulu. Nanti orang gudang yang ituin, kita bikin berita acara kecamatan, berapa yang kita bongkar, terus lampunya ada berapa, tiangnya ada berapa," kata salah satu petugas yang tidak ingin disebutkan namanya.
Sementara itu, kabel-kabel lampu jalan sudah terbakar sehingga tidak ada yang bisa diamankan.
(aqi/dna)