"Sebagai asosiasi pengembang tertua, terbesar, tepercaya dan sebagai kontributor perumahan terbanyak, maka REI adalah kekuatan terdepan yang paling siap merealisasikan target pembangunan 3 juta rumah tersebut," kata Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto dalam acara diskusi "Peluang dan Tantangan Program Rumah Subsidi" yang diselenggarakan BPP Himpunan Pengusaha KAHMI (Hipka), seperti yang dikutip dari pernyataan tertulis Sabtu (3/8/2024).
Dalam pemaparannya, Joko mengatakan ada 5 strategi yang akan disiapkan untuk mendukung program 3 juta rumah Prabowo. Pertama, mendorong pemerintah untuk menyiapkan captive market-nya terlebih dahulu melalui data profiling. Maksud dari data profiling ini adalah keterangan mengenai kriteria siapa dan dimana saja masyarakat yang membutuhkan rumah.
Dengan adanya profiling yang jelas berdasarkan kelompok masyarakat dan wilayah, maka program tersebut dapat berjalan seiringan antara pasokan dan permintaan.
Kedua, REI bersama LM UI sedang melakukan riset untuk menghitung secara lebih akurat dampak industri properti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, REI juga sudah menyiapkan peta jalan (road map) untuk menyelesaikan backlog perumahan melalui pendekatan propertinomic.
"Road map ini sudah kami sampaikan langsung kepada presiden terpilih Bapak Prabowo Subianto. Beliau sangat mengerti dan memahami persoalan yang terjadi di sektor perumahan serta paham pentingnya perumahan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat," tutur Joko.
Ketiga, REI saat ini tengah memitigasi beberapa peraturan yang perlu disinkronisasi dan diharmonisasi. REI menilai untuk perizinan sendiri saat ini, sudah melenceng dari amanat UU Cipta Kerja yang menekankan perizinan yang sederhana dan cepat berbasis OSS (Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik). Pada kenyataannya perizinan kembali seperti sebelumnya yang berpusat di pemerintah daerah.
Keempat, REI sedang memperdalam kajian terkait dana pendampingan untuk mendorong percepatan pencapaian 3 juta rumah untuk pendampingan bagi kelompok masyarakat sedikit di atas MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) yang berpenghasilan Rp 8 juta-Rp 15 juta per bulan. Sumber dananya dapat dihimpun dari dana pensiun, dana badan penjaminan sosial, dana asuransi dan sebagainya.
"Dengan asumsi sekitar 5% saja dari sumber dana tersebut dihimpun untuk pendampingan perumahan, maka potensi dananya diperkirakan mencapai Rp 163 triliun. Dana sebesar itu cukup besar untuk menjamin tingkat suku bunga KPR yang tetap (flat) minimal hingga 10 tahun, dan selanjutnya bisa bunga floating," paparnya.
Menurutnya, jika dana pendampingan ini tersedia, maka setidaknya dapat memenuhi pembiayaan untuk sekitar 600 ribu hingga 800 ribu unit rumah per tahun yang bisa menjadi modal bagi capaian program 3 juta rumah. Di mana per unitnya dihargai antara Rp 300 juta sampai Rp 500 juta per unit. Jika merujuk piramida backlog perumahan, kelompok masyarakat sedikit di atas MBR ini persentasenya mencapai 35%.
Kelima, REI mendukung terbentuknya Kementerian Perumahan dan Pengembangan Perkotaan yang memiliki kewenangan merencanakan dan mengeksekusi pembangunan perumahan nasional. Sebab, menurut mereka program 3 juta rumah ini dinilai dapat sukses jika memiliki kementerian yang fokus.
Sementara itu, saat ini kebijakan perizinan perumahan diatur oleh 6 kementerian yang dalam praktiknya menyulitkan proses dan koordinasinya.
"Tugas besar ini butuh tanggungjawab. Jadi mustahil 3 juta rumah itu terealisasi tanpa kementerian khusus karena tentunya butuh koordinasi dan kewenangan regulasi yang kuat agar program ini dapat berhasil," pungkasnya.
Sebagai tambahan, Direktur Consumer BTN Hirwandi Gafar mengatakan perlunya dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan terhadap pencapaian program 3 juta rumah, karena sektor perumahan, memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian bangsa serta membangun peradaban dan kecerdasan bangsa.
Hirwandi menambahkan, sektor perumahan mempunyai dampak pada kehidupan, kesejahteraan sosial, dan kecerdasan bangsa. Oleh karena itu, diperlukan adanya program pembiayaan yang affordable dan equitable bagi seluruh kelompok masyarakat.
"Sektor perumahan memiliki multiplier efek terhadap 185 subsektor industri yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Selain meningkatkan penyerapan tenaga kerja, karena dibutuhkan 5 pekerja untuk pembangunan setiap 1 unit rumah. Sektor ini juga meningkatkan penerimaan negara dari pemasukan pajak," jelasnya.
Mau tahu berapa cicilan rumah impian kamu? Cek simulasi hitungannya di kalkulator KPR.
Nah kalau mau pindah KPR, cek simulasi hitungannya di kalkulator Take Over KPR.
(aqi/abr)