Kontrakan di Bantargebang laris manis karena banyak warga luar kota berdatangan untuk memulung di sini. Jauh dari kampung halaman, mereka memerlukan tempat tinggal baru selama bekerja di sana. Pemulung yang biasanya berasal dari ekonomi rendah, tentu tidak bisa membeli tanah atau rumah di Jakarta.
Menurut Ketua RT 001, Jamar harga tanah di Bantargebang bisa mencapai Rp 1,2 meter persegi saat ini. Maka dari itu, salah satu solusinya adalah tinggal di kontrakan meskipun sepetak daripada tidur di jalan.
Kontrakan yang tersedia di Bantargebang pun beragam, ada yang berbentuk rumah permanen dan ada pula yang gubuk.
![]() |
Jamari sendiri mengelola usaha kontrakan 6 pintu di dekat rumahnya sejak 2017 yang berlokasi di RT 001/RW 05, Bantargebang, Ciketingudik, Bekasi. Pada awalnya kontrakan tersebut milik keluarganya, tetapi dia bisa membeli 5 diantaranya.
"Depan 4, samping 1, oh 6 (total kontrakan), depan 1, misah tapi," sebut Jamar kepada detikProperti pada Selasa (16/7/2024).
Dia menyebut kontrakannya tersebut adalah bangunan dengan konsep lama. Memiliki 3 sekat yakni bagian depan, tengah, dan kamar mandi. Per bulannya dikenakan Rp 500.000 sampai Rp 600.000 saja belum termasuk listrik.
Dari pantauan tim detikProperti, di samping rumah Jamar terdapat 3 rumah berderet berwarna putih, biru, dan merah pudar dengan pintu ditutupi kain panjang. Halamannya tidak begitu luas tetapi muat untuk parkir satu motor menyerong. Atapnya terbuat dari seng dan tiang kanopi di teras terbuat dari kayu. Menurut Sri, istri Jamar, semua kontrakannya kini sudah terisi semua.
Selain kontrakan Jamar, ada pula kontrakan berbentuk gubuk yang berlokasi di Jalan Lingkar Bambu Desa Ciketing Timur RT 001/RW 05, Bantargebang, Ciketingudik, Bekasi.
Jumlah rumah gubuk di sana sekitar 15 unit berbentuk bangunan semi permanen yang terbuat dari triplek, batang kayu balok, dan atap terpal. Rata-rata warga membeli lahan dari orang asli sana. Setelah membeli lahan, mereka baru membangun rumah.
"Itu Rp 1 juta waktu itu, nggak tau tahun berapa, saya lupa. Itu 150 meter persegi," kata salah satu warga yang tinggal di sana, Riani.
Riani menyebutkan dari 15 rumah gubuk di kawasannya, rata-rata mengontrak. Luas kontrakannya pun bermacam-macam, dia tidak mengetahui secara pasti. Untuk biaya sewa per bulannya cukup murah yakni Rp 200.000 sudah termasuk air bersih. Warga hanya perlu membayar listrik dan iuran sampah sendiri.
Namun di balik itu, kondisi kontrakan berbentuk gubuk cukup kumuh dengan banyak tumpukan sampah di halaman rumah, jalan tidak beraspal, dan banyak lalat beterbangan.
(aqi/dna)