Nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami pergulatan beberapa hari terakhir. Terbaru, nilai rupiah menyentuh Rp 16.360 per Rabu (3/7/2024). Lantas apakah sektor perkantoran akan terdampak di tengah naiknya dolar terhadap rupiah?
Direktur Senior Departemen Pelayanan Perkantoran Colliers, Bagus Adikusumo mengatakan sektor perkantoran khususnya di Jakarta tidak terpengaruh terhadap kenaikan dolar. Sebab, stok ruang kantor di Jakarta melimpah sehingga proyek pembangunannya menurun.
"Saat-saat sekarang ini gedung-gedung kantor itu, kebanyakan supply dari gedung udah lama. Efek dari naik nilai tukar dampaknya tidak terlalu signifikan karena pembangunan gedung perkantoran ini tidak terlalu banyak," kata Bagus dalam acara Colliers Virtual Media Briefing pada Rabu (3/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagus menilai gedung perkantoran di Jakarta adalah gedung-gedung lama yang seharusnya sudah melunasi pinjamannya. Maka kenaikan dolar tidak akan mempengaruhi pengeluaran mereka.
"Jadi gedung-gedung lama itu otomatis udah lunas utangnya. Saat-saat ini juga 100% semenjak ada peraturan baru 2015 mengubah penggunaan US dolar ke rupiah semua, sehingga pengaruh ke harga sewa nggak kelihatan. Jadi rupiah tambah rupiah nggak ada rate," lanjutnya.
Menurutnya yang akan terdampak justru gedung-gedung perkantoran baru terutama yang mengambil pinjaman berbentuk dolar. Selain berefek pada pembangunan gedung baru, pengembang juga akan mengalami kerugian. Nilai tukar rupiah yang rendah berdampak pada nilai balik hasil investasi.
"Cuma dari perspektif developer (pengembang) ada pengaruhnya memang jadi lama investment-nya karena saat mereka berinvestasi, return of investment-nya bakal lama karena pada saat penyewa bayar rupiah, mereka harus convert lagi ke yen atau dolar, maka nilainya lebih kecil," pungkasnya.
Sementara itu, Head Research Department Colliers, Ferry Salanto mengatakan kebutuhan ruang kantor di Jakarta terutama di kawasan CBD (Central Business District) tidak akan mengalami pertumbuhan bahkan sampai 2025.
"CBD tidak ada supply baru sesuai proyeksi. Dengan absennya supply terutama di CBD dari Juni 2024 sampai akhir 2024 tidak ada pasokan baru. Demikian juga 2025, kita tidak melihat ada pasok baru sampai akhir 2025," beber Ferry.
Hal ini dikarenakan ketersediaan ruang kantor saat ini dinilai cukup bahkan melebihi kebutuhan. Sebanyak 2 juta ruang kantor hingga kini belum digunakan. Kondisi kelebihan pasokan ini akan bertambah setelah kantor pemerintahan pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Ini suatu indikasi yang menggembirakan untuk sektor perkantoran. Ada 2 juta ruang kantor yang belum dipergunakan," imbuhnya.
(aqi/zlf)