Rusunawa Marunda cluster C yang terdiri dari 500 pintu mendadak dikosongkan pada September 2023. Warga Rusunawa Marunda terpaksa direlokasi ke rusun lain karena 5 bangunan di cluster C dinilai tidak layak huni oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Asal mula daripada harus direlokasi cluster C warganya karena awalnya kajian dari BRIN. Kajian dari BRIN ini merekomendasikan bahwa bangunan di cluster C sudah nggak layak dihuni. Jadi sebaiknya direlokasi kepada rusun terdekat," kata Kepala Sub-Bagian (Kasubag) Keuangan unit pengelola rumah susun (UPRS) II Haposan kepada detikProperti, Rabu (19/7/2024).
Usulan ini tentu mendapat penolakan dari warga Rusunawa Marunda karena daerah Marunda adalah tempat terdekat dengan tempat kerja mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi karena ada kejadian rubuh di C5 sehingga kita melakukan sosialisasi kepada tokoh-tokoh masyarakat termasuk RT dan pengurus yang lain. Akhirnya mereka bersedia direlokasi," lanjutnya.
Warga akhirnya sepakat pindah ke rusun baru yang disarankan oleh pihak pengelola yakni Rusun Nagrak dan Padat Karya. Pihak pengelola pun mengabulkan permintaan warga untuk disediakan transportasi angkutan barang saat mereka pindahan.
"Warga juga meminta bahwa untuk pemindahannya, pada awalnya kita tawarkan swadaya, tapi mereka merasa keberatan karena mereka harus menyediakan transportasi pengangkat barang karena barangnya lumayan banyak. Akhirnya pimpinan UPRS 2 berkoordinasi dengan instansi-instansi yang bisa membantu. Salah satunya Dinas Lingkungan Hidup, kelurahan, dan juga walikota," jelasnya.
Terkait kejadian di C5, Ketua RW Rusunawa Marunda cluster C dan mantan kepala keamanan rusun, Jana Didi, menuturkan plafon paling atas di setiap gedung banyak yang rusak dan berpotensi ambruk sehingga membahayakan warga di sana. Selain itu, nama penanda gedung 'C5' yang dipasang di luar juga tiba-tiba jatuh menimpa kanopi lobby. Padahal bahan pembuatannya dari beton coran dan setiap gedung di cluster C juga menggunakan bahan yang sama.
"Di tanggal 30 Agustus ada kanopi di C5 yang roboh. Nah terkait hal itu karena demi keselamatan jiwa dan warga harus direlokasi sementara (warga) ke UPRS 3 Nagrak," sebut Didi.
"Tanda itu terbuat dari beton coran, tapi dilihat dari fisiknya nggak ada konstruksi di dalemnya. Awalnya udah pernah retak. Kan beberapa kali ada gempa gede melanda DKI Jakarta yang Banten itu, saya konfirmasi sebagai pengurus RT/RW biar ditindaklanjuti. Udah diperbaiki, begitu lagi," bebernya.
Usai Rusunawa Marunda kosong, pihak pengelola sudah memasang penanda 'police line' dan menutupi akses masuk gedung dengan seng dan besi. Hal ini bertujuan agar tidak ada orang sembarangan masuk ke Rusunawa Marunda claster C3. Namun, segolongan orang menerobos setiap gedung dan menjarah aset gedung seperti pintu, jendela, pipa paralon, kabel listrik, besi, hingga wastafel dan WC di sana.
Aksi penjarahan ini tentu merusak beberapa bagian gedung. Terlihat saat ini seluruh gedung sudah tidak memiliki jendela ataupun pintu. Bagian lorong dan tengah gedung berserakan bongkahan beton, pecahan kaca, dan sampah barang bekas yang ditinggalkan penghuni sebelumnya.
"Kami sudah melakukan antisipasi sebelumnya, yaitu menutup semua pintu ke atas sampai ke tangga di setiap blok. Ada yang pake seng. Ada yang pakai besi sehingga akses ke atas tertutup. Tapi seiring berjalannya waktu karena keterbatasan waktu untuk pengamanan, akhirnya terjadi penjarahan-penjarahan itu," ungkap Haposan.
Saksikan Live DetikPagi:
(aqi/zlf)