Transformasi property technology (proptech) terus berkembang seiring tuntutan pasar yang semakin menuntut berbagai kemudahan khususnya dalam memasarkan produk properti.
Pasar properti kian menginginkan kemudahan khususnya terkait memasarkan proyek properti dengan efisiensi dan efektivitas yang menjangkau pasar lebih luas.
Pada akhirnya penggunaan teknologi menjadi kebutuhan pokok hingga faktor yang menentukan untuk dapat meyakinkan pasar sekaligus mempermudah konsumen untuk mengetahui berbagai hal terkait produk properti yang tengah dipasarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerapannya juga semakin advance bukan lagi sekadar brosur digital maupun penggunaan animasi yang menarik.
Tuntutan konsumen telah lebih jauh lagi dari itu. Dibutuhkan informasi berbagai hal teknis untuk memberikan gambaran tepat dan akurat.
Bahkan, saat produk yang dipasarkan berlokasi cukup jauh, semuanya bisa dimudahkan dengan teknologi seperti yang dihadirkan oleh Viruma Indonesia, sebuah perusahaan virtual technology platform di sektor properti.
Bukan hanya sebagai virtual platform, Viruma telah memperkenalkan virtual immersive dengan fitur yang lebih canggih sehingga konsumen bisa leluasa berselancar dan mengeksplor berbagai proyek seakan-akan hadir di lokasi.
"Dengan bangga kami juga menginformasikan kalau Viruma Indonesia baru saja mendapatkan pendanaan dari CyberAgent Capital Jepang untuk mengembangkan dan memasarkan tekologi Viruma yang lebih cepat lagi di Indonesia," ujar Paulus Timothy, Founder Viruma dalam siaran pers yang diterbitkan Rabu (19/6/2024).
Baca juga: Geliat Digitalisasi di Pasar Properti |
Saat ini perkembangan property proptech juga telah mengubah peta persaingan property marketplace ke tingkat yang lebih inovatif. Viruma mengubah definisi pemasaran properti khususnya untuk memasuki era Property Marketplacce 5.0.
Kita bisa lihat konsep pemasaran produk yang berawal dari penggunaan media marketing tools cetak, media digital, animasi, dan kemudian berkembang kombinasinya dengan penggunaan teknologi virtual 360 untuk memasarkan proyek. Hingga saat ini konsep-konsep pemasaran itu masih terus berkembang khususnya dengan memanfaatkan teknologi virtual immersive yang lebih canggih.
"Viruma hadir menjadi immersive virtual technology platform properti dengan teknologi terbaru dan saat ini satu-satunya dan belum pernah ada di Indonesia bahkan di dunia masih sangat sedikit yang dapat membuatnya. Konsumen bisa menjangkau proyek di mana pun dengan terhubung melalui platform ini untuk merasakan sensasi langung secara virtual di proyek yang diincarnya," jelas Paulus.
Untuk diketahui, biaya pembuatan proyek versi digital cukup mahal dan Viruma menjembatani hal itu. Sebelumnya Viruma mengeluarkan Viruma Micro Gallery 1.0 yang saat ini diminati oleh para pengembang sebagai pelengkap bahkan pengganti marketing gallery.
Viruma Indonesia juga terus melakukan beberapa penyempurnaan hingga hadir Viruma Micro Gallery 2.0 yang memungkinkan konsumen berinteraksi dengan lebih mudah dan user friendly. Kehadiran Viruma Micro Gallery 2.0 ini bertepatan dengan peresmian Viruma Tech Lounge di kantor pusat Viruma Indonesia di Modernland, Tangerang, pada 15 Juni 2024 lalu.
Penggunaan Viruma Micro Gallery dapat lebih memberikan efektivitas dan efisiensi biaya termasuk naiknya brand image karena menggunakan teknologi terkini. Beberapa pengembang yang saat ini sudah menjadi klien Viruma juga telah merasakan dampak positif melalui peningkatan penjualan dengan convertion rate yang tinggi dari konsumen yang datang dan berinteraksi langsung dengan Viruma Micro Gallery. Konsumen merasa terbantu untuk dapat merasakan langsung meskipun secara virtual dan memberikan 'feel' berbeda saat berinteraksi.
CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, perkembangan teknologi saat ini tidak bisa dibendung dan karenanya harus bisa dioptimalkan. Siapa yang memiliki teknnologi lebih unggul dengan perspektif konsumen maka akan bisa memenangkan persaingan.
"Viruma Indonesia harusnya dapat menjawab kebutuhan pengembang dan konsumen untuk meningkatkan emosi konsumen saat memilih produk propertinya. Teknologi tidak bisa diabaikan dan akan terus berkembang, para pengembang harus lebih cepat menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi untuk dapat memasarkan propertinya dengan lebih inovatif," bebernya.
(dna/dna)