Arsitek Jepang Fumihiko Maki dikabarkan meninggal dunia di usianya yang ke-95 tahun. Menurut kantornya, Maki & Associates, Maki meninggal pada Kamis (6/6/2024) lalu. Media Jepang mengaitkan kematian arsitek inj dengan usianya yang memang sudah tua, tapi belum ada konfirmasi pasti dari kantornya.
Lahir di Tokyo pada tahun 1928, Maki mengenyam pendidikan di University of Tokyo, Akademi Seni Cranbrook di Michigan, dan Sekolah Pascasarjana Desain Harvard. Sebelum mendirikan perusahaannya sendiri pada tahun 1965 di Tokyo, dia bekerja di berbagai firma seperti Skidmore Owings and Merrill, dan Sert, Jackson & Associates.
Selama hidupnya, Fumihiko Maki telah memenangkan Hadiah Pritzker bergengsi untuk desain yang dipuji karena menggabungkan Timur dengan Barat dengan cerdas dan berseni. Maki juga pernah mengajar arsitektur dan desain perkotaan di kampus ternama di dunia, Harvard University. Tak hanya itu, tentu saja ia juga memiliki banyak sekali karya yang terkenal selama karirnya sebagai arsitek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu karya Maki yang paling terkenal adalah Museum Nasional Seni Modern di Kyoto. Museum ini menampilkan desain dari kaca, logam, dan beton dengan tampilan yang sederhana namun elegan. Eksterior abu-abunya tampak sederhana, tapi elegan dengan pola cahaya yang dipantulkan ke marmer.
Tak hanya di Jepang, Maki juga punya banyak proyek terkenal di Amerika Serikat. Beberapa di antaranya adalah Yerba Buena Center for the Arts di San Francisco dan 4 World Trade Center di New York. Selain itu, dia juga mendesain ruang pameran Makuhari Messe di Chiba, Jepang, dan Kompleks Hillside Terrace di Tokyo.
Kontribusi yang diberikan Maki kepada arsitektir Jepang dan dunia sangat banyak dan berharga. Pada tahun 1980-an, Maki sudah merancang gedung Spiral Tokyo yang ikonik. Selanjutnya pada 2013, Maki pernah mengkritik desain stadion Olimpiade Tokyo 2020 yang dirancang oleh Zaha Hadid.
Ia menganggap stadion itu terlalu besar dan mahal. Setelah mendapat dukungan dari 100 lebih orang termasuk arsitek, akhirnya desain ini diganti dengan desain yang lebih sederhana oleh Kengo Kuma. Desain stadion yang baru menggunakan potongan kayu untuk menampilan desain khas Jepang yang alami.
"Masalah yang saya lihat dengan stadion yang direncanakan semuanya berhubungan dengan masalah skala," ujar Maki saat itu, seperti dikutip dari CNN, Selasa (18/6/2024).
Sebagai seorang pendidik, Maki pernah mengajar di berbagai universitas di seluruh dunia, termasuk Washington University, Harvard, dan University of Tokyo. Koleksi esainya yang berjudul "Nurturing Dreams," diterbitkan oleh MIT Press pada tahun 2008. Di dalam essai itu ia membahas konsep ruang Jepang yang disebut "oku," yang mencerminkan penggunaan ruang yang mendalam di daerah sempit.
Maki adalah orang Jepang kedua yang memenangkan Hadiah Pritzker, setelah mentornya, Kenzo Tange. Pritzker mengakui kontribusi Maki dalam membangun kembali Jepang pascaperang. Selain itu, ia juga menerima penghargaan lain seperti Wolf Prize dari Israel pada tahun 1988 dan Arnold Brunner Prize dari American Academy of Arts and Letters pada tahun 1999. Tak hanya itu, pada tahun 2011, American Institute of Architects juga memberinya Medali Emas AIA.
(dna/dna)