Kurator Ibu Kota Nusantara (IKN) Ridwan Kamil (RK) mengungkapkan alasan banyaknya area hijau di setiap bangunan yang ada di sana. Hal itu karena dalam pembangunan IKN mengusung kota hutan atau forest city sehingga kawasan hutan atau pepohonan harus lebih banyak dibandingkan gedung-gedung tinggi.
"Kita tak memindahkan wajah Jakarta ke IKN, tapi kalau di sini itu wajahnya hutan, di balik hutan itu ada bangunan. Kalau Sudirman-Thamrin kan bangunannya kaya Dubai yang berebut atensi. Di sini mereka harus mengalah oleh hutan. Makanya namanya forest city, wajah pohonnya dulu yang didahulukan, pohonnya di belakang. Nah tugas saya itu tadi jawabannya, memastikan bangunannya futuristik," ujarnya dalam keterangan pers di Kawasan IKN, Rabu (5/6/2024).
Adapun, yang dimaksud dengan bangunan futuristik adalah adanya area hijau di setiap bangunan. Dengan banyaknya area hijau juga untuk memastikan terwujudnya net zero emisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ciri futuristik apa? Saya memastikan ada hijau, di lingkungan, di bangunan, di atap bangunan. Memastikan inteligen building, memastikan net zero berlaku so we can claim ini desain sebagai kelas dunia," ujarnya.
Itulah tugas pria yang akrab disapa Kang Emil ini sebagai kurator IKN, yaitu memastikan konsep bangunan yang bisa menjadi kota kelas dunia dan layak untuk dihuni.
"Nah apa tugas saya sebagai kurator? Tugas saya adalah memastikan konsep bangunan ini sesuai bangunan yang diharapkan sebagai world class city ya. Selain itu juga liveable, orang banyak datang, banyak jalan kaki," kata RK.
Untuk mewujudkan hal tersebut, RK mengungkapkan bahwa pembangunan IKN membutuhkan waktu yang panjang. Setidaknya butuh waktu 25 tahun ke depan untuk mencapai konsep tersebut.
"Tidak bisa buru-buru, it takes a hundred year to become Washington DC kan. Jadi IKN kalau mau melihat apa yang saya bicarakan, mungkin tidak dalam 5-10 tahun ya, semua ibu kota baru butuh waktu, mungkin 25 tahun baru terasa apa yang disampaikan," pungkasnya.
(abr/abr)