Kondisi Depok Town Square yang kini lebih sepi daripada sebelum pandemi Covid-19, berdampak pada pendapatan pedagang. Rata-rata dari mereka mengaku omzetnya turun drastis. Mereka meminta pengelola perbanyak promosi untuk tarik pengunjung.
Salah seorang pemilik usaha pakaian di lantai UG Mal Detos yang enggan disebut namanya mengatakan sedikitnya pengunjung di Mal Detos membuat pemasukannya berkurang. Hal ini berpengaruh pada omzet bisnisnya yang menurun sampai 70%.
Maka dari itu, dia mulai berjualan online untuk menarik pangsa pasar yang lebih luas. Kemudian, untuk ruko offline meski sepi pembeli, di sini dia bisa meletakkan produk, dipajang rapih sama seperti ruko baju pada umumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perihal omzet khusus offline store sebelum dan sesudah pandemi saat ini ada penurunan sekitar 70%. Kalo online cenderung flat, turun juga nggak, harga baku dan fee untuk marketplace setelah pandemi lebih tinggi dibandingkan sebelum 2021," katanya kepada detikProperti pada Selasa (21/5/2024).
Sebelum pandemi Covid-19 dia sempat menyewa ruko di Mal Detos. Dia berhenti berdagang saat pandemi Covid-19 dan baru kembali pada 2023. Dia memutuskan kembali menyewa di Mal Detos pada Agustus 2023 karena biaya sewa yang murah.
Dia menyadari Mal Detos kini tidak begitu ramai seperti dulu. Bahkan sejak awal tahun belum naik signifikan sesuai yang dia harapkan. Menurutnya promosi berpengaruh meningkatkan jumlah penyewa di dalam Mal Detos dan ketika pilihan jualan beragam, jumlah pengunjung juga ikut bertambah.
"Banyak tenant yang cabut, pengunjungnya otomatis berkurang. Kalau misalkan banyak yang nyewa nih, pengunjung juga makin banyak. Maksudnya banyak-banyakin yang nyewa dulu biar menarik. Jadi kalau banyak pilihan, banyak yang sewa, harga sewa tinggi juga masuk akal gitu," ujarnya.
Gagasan serupa juga diungkapkan oleh Eja, salah satu karyawan taman bermain yang tidak ingin disebutkan nama tempatnya. Dia mengatakan sudah bekerja di sana sejak 2010 dan telah melewati berbagai kondisi Detos dari yang semula ramai kemudian mengalami penyusutan pengunjung hingga saat ini.
"Awalnya rame terus, sebelum pandemi emang udah rame. Pokoknya full terisi semua, semua tenant terisi gitu, cuma setelah ada pandemi langsung tutup semua," bebernya.
Sebelum pandemi Covid-19, setiap arena bermain anak di setiap lantai pasti akan sama-sama ramai. Namun, kini per harinya hanya 1-2 anak yang bermain di dalam.
Dia mengungkapkan pihak pengelola sempat membantu menghidupkan Detos dengan menarik banyak penyewa baru di Mal Detos, tetapi karena unit ruko sudah dimiliki pemilik masing-masing, pengelola kesulitan untuk mengaturnya.
"Nggak semua milik manajemen, tapi beberapa ada pemiliknya masing-masing, kalau pun kalau mau sewa bisa dihubungi (ke pemiliknya langsung)," jelasnya
Di satu sisi, Eja tetap berharap ada keterlibatan pengelola dengan perbanyak promosi meningkatkan jumlah penyewa di Mal Detos.
"Menurut aku, manajemennya harus ikutan promosi juga, jangan kayak gini," tuturnya.
Keluhan yang sama juga dilontarkan pemilik ruko jam di lantai UG Mal Detos bernama Ida. Dia mengalami kemerosotan omzet sampai 70% setelah membuka ruko kembali.
"Pengunjung jauh banget (perbedaannya dari sebelum pandemi). Kalau dari omzet aja kita udah menurunnya ada 70%. Dulunya saya rukonya 2 di sana (ujung lain di Mal Detos). Tapi karena pandemi kita tutup satu," ungkap pedagang yang telah berjualan sejak 2016 di Mal Detos.
Kini setelah hanya menjalankan 1 ruko pendapatannya hanya sebesar Rp 10 juta ke bawah. Padahal sebelum pandemi Covid-19, untuk satu ruko bisa mendapat pemasukan sampai Rp 50 jutaan.
"Kalau dulu, untuk satu ruko ada Rp 50 juta, Rp 30 juta. Sekarang Rp 10 juta kadang di bawahnya," kata Ida.
Menurutnya, daya tarik mal selain makanan adalah pilihan barang yang dijual di dalamnya. Namun, kini keadaannya berbeda. Ruko di Mal Detos banyak yang tutup, baik makanan dan barang. Dia berharap pengelola bisa melakukan promosi seperti diperbanyak ruko makanan di setiap lantai seperti dulu.
"Kenapa di sini nggak dibanyakin tempat makan. Satu lagi, promo buat menarik lebih banyak orang ke sini. Rata-rata orang semenjak pandemi yang dicari orang makanan, setelah makanan baru barang. Padahal harga makanan di sini lebih murah dari mal lain. Jadi apa salahnya?" tutupnya.
(aqi/aqi)